Minggu, 05 April 2020

"Be Yourself", yakin?

Setelah buka blog ternyata udah 1 tahun gak nulis. Tapi gapapa di 2019 kemarin gue udah berhasil lewatin tulis menulis tebel ala anak kuliahan yang dinamain skripsi. Gak sih, lagi gak mau cerita tentang skripsi. Alasan gue buka blog ini lagi? Ya karena bingung mau ngapain, bagi orang-orang yang masih WFH selama pandemic COVID-19 ini, bersyukurlah, masih ada work. Gak kayak freelancer atau orang-orang yang akhirnya udah gak bisa kerja karena emang harus mobile baru dapet duit. Kalau gak bisa berkeliaran? Ya gak ada duit. Tapi udah ah gak penting. Langsung aja ya....

Be yourself merupakan sebuah kalimat yang positif dan bermakna.
Banyak orang berlomba-lomba menjadi orang lain demi disenangi seluruh dunia. Padahal katanya "Kamu bukan indomie, gak mungkin semua orang suka sama kamu", disaat inilah akan muncul kalimat "be yourself", gak perlu lagi berusaha untuk menjadi orang lain demi menyenangkan orang lain.

Yap setuju banget, cukup jadi diri kita sendiri dan orang yang tepat akan tetep ada disamping kita. Tapi jangan lupa, kalimat be yourself itu ada kata lain di tengahnya, "Be the best version of yourself". Gak cuma semata-mata karena kalimat be yourself, kita jadi bisa merasa "Oh yaudah gue kan harus jadi diri gue apa adanya, gak peduli apa kata orang"

Padahal "apa kata orang" itu mempunyai makna yang luas, emang sih kadang terlalu dengerin apa kata orang itu bikin super pusing, stress bahkan bisa sampe depresi. Jadi pada kadar tertentu, kita gak perlu dengerin apa kata orang atau menyerap semua yang orang lain omongin. Tapi tanpa sadar,  kadang kita ngeh ada hal yang perlu diperbaiki dari diri kita, karena orang lain yang ngasih tau ke kita. Jarang banget kita bisa sadar bahwa kita perlu memperbaiki diri kalau kita belum ngalamin hal yang gak enak, atau ya dikasih tau sama orang lain. Itu soal dengerin apa kata orang atau nggak.

Yang kedua, kita pasti gak asing dengan kalimat "Bener tuh, harus apa adanya, ngomong gak usah pake disugar-coating, basa basi busuk", "Gue mah apa adanya aja, apa yang gue rasain langsung gue keluarin, gak bagus kalo mendem", kata orang-orang yang seringkali ngomong hal yang nyelekit dan berlindung dibalik tembok bertulisan "saya kan sedang jujur. Lebih baik jujur tapi nyakitin daripada bohong walaupun manis"

Ey hellooo, paham kok jujur itu baik, tapi bukan berarti dengan menjadi jujur, kita jadi gak mikirin perasaan orang lain dan selalu pake jurus "ya kan apa adanya aja". Orang-orang kayak gini sering kali bikin gemes. Gak ada yang suruh lu bohong sih, tapi mbok ya punya social intelligence* dikit bisa kali :(

Ada saatnya pikiran/perasaan yang ada dalam diri kita gak perlu dikeluarin karena itu bisa memperburuk suasana atau bahkan melukai orang lain. Dan apakah itu artinya kita tidak jujur? Tentu tidak. Artinya kita cukup peka mengenai keadaan sekitar kita, dan punya kesadaran penuh untuk tidak menyakiti orang lain.

Ketiga, ketika berargumen dan mulai menyerang pihak tertentu, ada lagi jurus yang akan keluar, namanya "lah kan ya semua orang punya hak untuk berpendapat". Waduh berat ngomonginnya udah hak segala. Ngomongin soal hak, mengingatkan gue pada training yang gue ikutin bulan Februari kemarin tentang CRC (child rights convention), kali ini gue gak akan membahas mengenai hak-hak anaknya, tetapi mengenai hak secara general. Sering kali hak diletakkan bersampingan dengan kewajiban. Namun di training kemarin diajarin bahwa hak itu selalu datang bersamaan dengan tanggung jawab.

Apa beda kewajiban dan tanggung jawab? Coba misalnya "Kamu wajib datang ke kantor tiap jam 8 pagi", sama "Kamu memiliki tanggung jawab untuk datang ke kantor tiap jam 8 pagi", kalimat mana yang lebih membuat kamu lebih empowered? Ya dijawab dalam hati aja, kali ini kalian baca aja pendapat gue okay :)) Kewajiban terkesan sesuatu yang memaksa dan datangnya dari luar diri kita, sedangkan tanggung jawab berasal dari dalam diri kita sendiri.

Jadi kenapa hak selalu datang bersamaan dengan tanggung jawab? Ini selalu terngiang-ngiang dalam diri gue. Hal simple yang sering kali kita tidak sadari. Ketika kita memiliki hak, yang dalam ini konteksnya adalah hak untuk berpendapat, kita pun memiliki tanggung jawab atas pendapat yang kita keluarkan. Tanggung jawab disini maksudnya luas, bisa tanggung jawab mengenai kebenaran dari kalimat kita, apakah itu fakta atau opini semata? Lalu bisa juga tanggung jawab, apakah kalimat yang kita keluarkan akan melukai/merugikan orang lain atau tidak? Sering kali kita semua lupa akan hal ini.

Kok jadi panjang ya. Intinya "be yourself", "menjadi jujur", "apa adanya", "menggunakan hak untuk berpendapat" ya gapapa banget. Tapi jangan berlindung dibalik kalimat-kalimat itu untuk seakan gakpapa nyakitin orang lain dan bersikap semaunya.

See you on my next post! 😘


*Social Intelligence (SI) is the ability to successfully build relationships and navigate social environments. Akan dibahas di tulisan selanjutnya karena ini hal sangat mendasar, lebih mendasar dari 1 + 1 gak selalu hasilnya 2, tapi banyak orang yang gak sadar akan adanya hal ini.

Selasa, 05 Maret 2019

Siapa yang pantas masuk Surga?


Hehe, judul yang cukup provokatif dan sensitif ya?

Gak kok, saya tidak sedang berusaha menerka2 siapa yang masuk surga atau siapa yang gak pantes, emangnya saya siapa..

Tulisan kali ini akan singkat dan dibuat hanya karena berdasarkan observasi awam dan keresahan saya, beberapa tahun belakangan ini, entah karena apa (kata orang-orang sih ada faktor karena politik juga, but who knows?), beragama secara sangat radikal, menjadi hal yang cukup kontroversial.

Fenomena ini membuat agama sering kali digunakan sebagai alat untuk “menghakimi” sesama, bersembunyi dibalik kata “maaf, sekedar mengingatkan”, padahal TERKADANG maksudnya mau bilang “eh lo tuh salah, ini yang bener”

Beragama menjadi alasan untuk normalisasi perbuatan ikut campur urusan orang lain. “ngga ini bukan ikut campur, tapi ini gue mengingatkan sebagai sesama kaum beragama”. Hal ini terlihat simple, tapi pernah terlintas gak pikiran bahwa, karena sifat ikut campur dan suka untuk menghakimi orang lain, dapat berdampak seseorang memutuskan untuk mengakhiri hidupnya. Terkadang bukan masalahnya yang membuat ia menjadi “gak kuat”, tapi karena “omongan orang”

Oh ya, sebelum membaca lebih jauh, perlu diklarifikasi, tulisan ini tidak bermaksud untuk menganggap agama salah, yang salah adalah PENYALAHGUNAAN agama sebagai tameng untuk perbuatan-perbuatan yang disebut diatas.

Sehubungan dengan agama, saling mengingatkan, ikut campur dan lainnya seringkali dijadikan alasan untuk melakukan perbuatan baik seperti “berpahala” atau “amal” agar masuk Surga.

Hal ini tiba-tiba mengingatkan saya pada pembicaraan saya dan teman saya beberapa bulan lalu, kami berdiskusi, kedua dari kami sadar bahwa kami bukan orang jahat, namun juga bukan orang suci, hal ini membuat kami berandai-andai, jika memang Surga ada, nantinya apakah kami masuk Surga atau tidak? Dari sekian banyak percakapan hari itu, yang paling saya ingat adalah kalimat berikut ini,

“Chell, menurut gue orang yang paling pantas masuk surga adalah orang yang entah gak tau / gak percaya / gak peduli sama adanya Surga”

Mendengar hal ini, tanpa butuh waktu lama, rasanya saya langsung setuju dengan statement ini.
Kami berdua setuju bahwa orang yang pantas masuk Surga adalah orang yang berbuat baik tanpa berpikir “mau masuk Surga”. Mereka melakukan kebaikan karena mereka mau, karena rasa kemanusiaan dan rasa empati, bukan karena mengejar Surga. Mengejar Surga tidak salah, namun ketika motivasi terbesar untuk ingin membantu orang lain adalah agar kita “selamat”, rasanya egois, ya?

Bagaimana menurut anda? ;)

Semoga tulisan ini dapat menjadi refleksi bagi kita semua, tanpa ada rasa tersinggung atau sakit hati.



Rabu, 09 Januari 2019

Pemikiran (Sok) Hebat!


Wah, sudah 2019, dan ternyata blog gue 2018 kosong ya haha.

Blog pertama gue di 2019 ini adalah mengenai kesalahan pola pikir sewaktu SMA. This gonna be a long story, semoga lo masih mau baca sampe akhir ya.

Kalau ngomongin kesalahan sewaktu SMA, pasti setiap dari kita pernah melakukan kesalahan, entah kesalahan besar yang mengakibatkan orang tua / wali dipanggil sama sekolah, atau kesalahan konyol buat haha hihi aja.

Kali ini gue mau sharing tentang salah satu kesalahan yang gue lakukan gue sewaktu SMA, yang baru gue sadari beberapa bulan belakangan ini.

Dari sekian banyak kesalahan yang gue lakukan, menurut gue kesalahan terbesar yang gue lakukan adalah pola pikir. Iya pola pikir, pola pikir yang menurut gue hebat pada saat itu, tapi setelah ditinjau ulang, ini adalah pola pikir yang menghambat gue sendiri.

Sewaktu SMP, nilai gue bisa dibilang lumayan lah, gak jelek-jelek banget. Masuk ke SMA, apalagi waktu peminatan dan gue masuk IPA, nilai gue udah mulai belepetan. Gak sampe do re mi sih, cuma ya sering remed deh.

Apa yang gue lakukan saat itu? Melakukan pembiaran.

Tetep usaha, tetep belajar, cuma ya seadanya aja. Kenapa gue melakukan itu? Sewaktu SMA gue mulai memiliki idealis dalam diri. Salah satu guru gue pernah bilang, waktu SMA, pasti sebagian besar dari kita belum tau persis kedepannya akan seperti apa, tapi seenggaknya kita tau, apa yang kita gak mau. Dan ketika duduk dibangku 2 SMA, gue tau persis kedepannya gue ga akan jadi ilmuwan sains eksakta, seperti matematika, fisika, kimia dan kawan-kawannya.

Lah ga suka pelajaran IPA, terus kenapa masuk IPA? Simply karena saat itu gue gatau mau kuliah apa dan kata orang-orang, IPA bisa masuk kuliah apa aja, jadi yaudah deh nyeblos ke IPA.

Lanjut ke cerita mengenai pemikiran gue saat SMA, karena gue tau gue ga akan mendalami ilmu eksak itu, gue makin santai dan mikir “bodo lah, ini tuh ilmu ga akan kepake, ngapain gue cape-cape belajar ginian. Fix banget gue ga akan kuliah ginian juga”. Bener sih gue berujung masuk psikologi yang notabennya adalah ilmu yang sangat tidak pasti, kalo kata orang, ilmu tergantung, haha.

Gue inget persis, saat kelas 2 SMA, gue dapet wali kelas yang SUPER dan sangat sensasional pada masanya. Kalo kita ada di sekolah yang sama, kalian pasti tau tentang guru ini. Dia seorang alumni sekolah gue juga dan dia baru lulus S1 Teknik Sipil. Umur wali kelas gue ini ga beda jauh sama gue dan temen kelas, jadi kebanyakan dari kita, manggil dia “kak”. Hai kak, if you are reading this, i really grateful that i ever had a home room teacher like you, i learn a lot from you (pastinya bukan ilmu matematikanya sih :p )

Sekolah gue termasuk lumayan santai untuk tugas dan pelajarannya ga sesulit sekolah swasta unggulan disebelah sana. Tiba tiba seorang guru masuk, jadi wali kelas sekaligus guru matematika dan buat “gebrakan” baru.

Di hari pertama semester satu, kita dikasihtau bahwa ada pelajaran matematika akan SETIAP HARI. Wow. Setiap hari. Tapi tenang aja, ini bukan surprisenya. Ehe

Selain pelajaran matematika tiap hari, kita akan dikasih tugas, SETIAP HARI.

“yaelah cuma PR, gampang, nyontek aja”

Eits, tidak semudah itu.

Setiap orang bisa dapet soal beda-beda setiap harinya, dan PR itu gak hanya dikumpul. Sepulang sekolah, akan ada yang namanya asistensi. Asistensi ngapain aja? Kita akan di”sidang” mengenai PR yang udah kita kerjain semalaman. Bener-bener ditanyain sampe pertanyaan gak penting, kaya kenapa pangkat 0 itu selalu 1? Kalo ga bisa jawab gimana? Yaudah dapet 0 ditugas itu.

Dan ini berlangsung setiap hari, dengan topik yang berbeda. Misalnya minggu ini eksponen, minggu depan udah move trigonometri, minggu depannya lagi statistik, dan seterusnya. Tentunya yang di asistensi gak cuma 1 orang, tapi 1 kelas. Nunggu gilirannya bisa sampe malem. Udah pulang malem, ada PR yang harus dikerjakan, besoknya asistensi lagi.

Cape? Bukan main. Tapi dari waktu itu gue udah berpikir, gue aja cape, gimana gurunya? Dan apasih yang membuat dia mau melakukan hal itu? Pada saat itu, gue sama sekali gatau alasannya. Bahkan gue dan beberapa temen sempet sangat kesaaaaal sama guru ini. Dan dengan kerennya ngeupload quotes einstein yang ini. Karena kita berpikir bahwa ini guru “gila” matematika dan gak semua orang bisa dipaksa untuk pinter matematika



Berbagai program yang menimbulkan banyak drama mulai diadakan. Misalnya ulangan matematika dibuat perkelompok, berisi sekitar 3-4 orang, lalu kalau satu orang aja dalam kelompok gak mencapai KKM, yang lainnya gak boleh pulang dan UJIAN ULANG. Sampe kapan? Sampe semua lulus tentunya. Kita ujian sekitar jam 1, di jam 3 atau 4 udah ada beberapa kelompok yang pulang dan kelompok gue? Ya belom lah, lagian gue dijadiin ketua, gue aja gak paham-paham banget, pake acara disuruh ngajarin orang. Beberapa kali, gue lulus, dan temen gue nggak, berujung dia nangis, padahal kita temen sekelompoknya ga marah sama sekali, tapi dia merasa bersalah sendiri, dan gue sebagai ketua ala ala, jadi sedih juga, gak sukses ngajarinnya.

Tapi sayangnya program dari guru ini tidak berjalan mulus. Program program ini menuai banyak protes dari orang tua. Terlihat tidak manusiawi, ya? Terus apa sikap ortu gue mengenai program program "gila" ini? Saat gue sering banget ketiduran waktu ngerjain tugas, mami cuma foto dan dimasukin ke IGnya, sama sekali ga protes ke sekolah walaupun tiap hari anaknya ngeluh sampe drama nangis-nangis segala. Karena sekolah gue selalu sangat memperdulikan protes dari orang tua, guru ini ditegur dan banyak program yang harus dihentikan. Sedih ya.



Mungkin di sekolah kalian, kalian gak nemu guru se-sensasional ini. Tapi pasti semua guru akan “memaksa” kalian untuk pintar di mata pelajaran yang dia ajar kan? Kalo dapet nilai jelek, marah. Padahal jelas kata Einstein, kalo bilang ikan bodoh karena dia gak bisa manjat pohon itu adalah kesalahan besar. Gak semua orang punya kecerdasan yang sama! Kok kita dituntut harus pinter matematika, fisika, kimia, akuntansi, ekonomi dll sih? Kayanya ada yang salah dengan sistem pendidikan kita deh!

Itu pemikiran gue saat SMA. Tapi sekarang gue sangat sadar, saat itu gue dipaksa harus bisa ilmu eksak bukan karena guru gue berharap gue jadi ilmuwan. Mereka akan marah ketika nilai gak lewat KKM, tapi gak pernah kecewa kalau kita gak jadi ilmuwan kan?

Belakangan ini gue sadar bahwa pelajaran ilmu-ilmu di masa sekolah memang sih ada yang penting, tapi sejujurnya memang gue tidak merasakan manfaatnya dari fisika kimia dll. Terus apa dong gunanya belajar sampe keringet darah waktu sekolah?

Buat gue pribadi, yang paling penting adalah mengenai kebiasaan. Kebiasaan untuk apa? Untuk berjuang, untuk kerja keras, untuk tetap mengerjakan sesuatu walaupun kita ga suka, demi tujuan di masa depan, untuk disiplin, terbiasa untuk produktif. Semua dari kita pasti sadar betul bahwa membangun kebiasaan baik itu sulit dan butuh, tapi ketika sudah terbiasa, kedepannya akan jadi mudah menjalaninya, betul kan? Kimia Fisika Matematika Geografi dan pelajaran lainnya yang ada di sekolah belum tentu terpakai ketika lulus sekolah, tapi kebiasaan untuk berjuang itulah yang akan dibawa sampai nanti akhirnya kita semua memang sudah harus berhenti untuk berjuang. 

Bagi kalian yang masih sekolah dan mempunyai pikiran yang sama kaya waktu gue sekolah, mungkin tulisan ini bisa jadi pertimbangan untuk kalian mengubah pola pikir, sebelum sadarnya telat, kaya gue. Goodluck xx

Sabtu, 02 Desember 2017

Papi kamu polisi ya?

Hai, setelah beberapa bulan tenggelam di kelamnya tugas kuliah dan lain lain, hari ini gue akan kembali nulis blog tentang seseorang yang mirip polisi, yang selalu setia anter jemput gue dari SD sampe SMA dengan motor RX King yang suaranya sangat khas, motornya baru sampe di ujung gang sekolah aja, satpam sekolah udah manggilin gue, radius 300 meter dari gerbang sekolah, itu suara motor udah kedengeran dan kedengerannya sampe lantai 3. Kalau kalian temen SMA gue, pasti kalian tau deh gue akan cerita tentang siapa.

Iya, hari ini gue mau cerita tentang orang yang gue panggil papi. Kadang beberapa orang suka penasaran, apakah keluarga yang gue punya sekarang itu tiri atau kandung. Kali ini gue akan jawab segala rasa penasaran kalian, kedua orang tua dan satu adik yang gue punya, semuanya KANDUNG. Gak ada yang mirip yah?


Oh ya pasti beberapa dari kalian sempat bertanya-tanya dalam hati, apakah papi gue polisi atau bukan. Jawabannya bukan guys, kerjaannya gak ada berhubungan sama dunia begituan. Paham sih casingnya emang mirip polisi, bahkan yang polisi asli aja bisa ketipu sama penampilan papi. Jadi pernah suatu pagi kita sekeluarga naik mobil ke Ancol, karena udara masih sejuk, AC gak dinyalain dan buka kaca aja. Ternyata di Ancol lagi ada semacam gathering polisi, tiba-tiba salah satu polisi kasih hormat ke papi yang lagi duduk dalem mobil dan nanya “pak, gak ikutan?”, dengan santainya papi cuma jawab, “nggak, saya hari ini tugas”, terus sang polisi langsung hormat dan mempersilahkan kita buat jalan lagi. Kejadian ini gak cuma sekali, pernah juga papi lagi naik motor tapi gak pake helm, waktu ada razia, kena deh diberhentiin, papi udah cukup panik karena waktu itu STNKnya juga lagi mati. All of sudden, si polisi yang berhentiin malah nunduk terus hormat bilang maaf, suruh papi jalan lagi, mungkin dikira atasannya apa gimana kali ya……

Tapi………

Aslinya papi gak seserem itu lho, hatinya lembut banget. Pernah suatu pagi gue bangun gara-gara mami ketawa ngakak. Dikira mah ada apa, ternyata dia ketawain papi yang lagi nangis. Gue yakin kalau kalian tau alasan nangisnya sambal bayangin muka papi yang sangar, kalian juga akan ketawa. Jadi oma (mamanya papi) udah meninggal sebelum gue lahir, pagi itu papi mimpi katanya dia liat oma  belum meninggal, lagi di Sukabumi, jadi dia nangis sesegukan pagi-pagi. Kasian


Dia juga cukup penakut, dia takut banget sama ANAK ayam, jadi kalo ayamnya udah gede, dia ga takut, kalau ayamnya masih unyu yang kuning gitu, dia bisa lari-larian. Ketakutan lainnya yang papi miliki adalah hantu. Iya dia lumayan takut sama makhluk yang satu itu. Pernah suatu malam mami minta dia liatin barang di rumah sebelah, dia minta mami, gue dan dede buat temenin, tapi kita gak ada yang mau, gue dan adek gue bilangnya takut. Tiba-tiba dia marah sambal pukul tembok dan bilang “GUE JUGA TAKUT!”. Bayangin badan udah segede gitu, muka super sangar, eh marah gara-gara takut ternyata. Oh ya, hampir aja ketinggalan informasi ini, kadang lutut papi suka gemeteran kalo di tempat tinggi, dan katanya jantungnya berdebar lumayan kenceng waktu main ulil atau alap-alap di Dufan (halilintar yang kecil ituuu)

Gue sih belum merasa efek dari segala rasa takut papi, cuma gue cukup merasa kasian sama adek gue, jadi beberapa tahun lalu, mungkin dia masih SD, kita lagi nginep dirumah saudara gitu, papi sama dede tidur di bawah pake ranjang lipet, mereka berdua udah tidur, gue belum, masih main laptop, pas nengok ke belakang, ada tikus, gue reflek kaget dan teriak sampe papi dan dede bangun, papi pun reflek bangun, lari ke atas ranjang, tapi sebelumnya nimpa badan dede dulu. Kasian banget adek gue, ditimpa sama papinya sendiri yang badannya yah lumayan lah………….

Papi gue bukan tipikal ayah yang bisa ajak gue keliling dunia tiap liburan semester, pastiin gue selalu naik turun mobil kemanapun gue pergi, beliin hp atau gadget lainnya setiap gue pengen ganti, kasih uang jajan sebesar UMR Jakarta, but he is a GREAT dad indeed!

Dia tipikal ayah yang sangat memperhatikan hal kecil (walaupun kadang jadi rese ehe), tapi tanoa disadari, ternyata hal kecil ini yang membuat dia hebat. Misalnya dia selalu concern tentang nyala-matiin lampu teras, isi air minum, cuci piring, rontokan rambut yang berserakan di lantai, dan lainnya.

Terus gue inget banget waktu jaman-jamannya sering banjir parah, gue stuck di rumah temen, papi rela jalan kaki selama hampir 2 jam, nembus hujan dan banjir yang lumayan parah, cuma buat jemput gue. Sekarang, sampai umur gue 20 tahun, semua buku gue masih disampul rapih dan itu bukan kerjaan gue, tapi papi selalu rajin nyampulin buku-buku gue, dari SD, sampai kuliah. Kadang juga kalau liburan kita bangun subuh bareng buat main sepeda dari rumah ke monas, terus balik lagi. (walaupun gue tau dia sebenernya stress juga harus jagain gue yang main sepeda lagi sepi aja bisa nabrak-nabrak)

Disaat gue punya online shop mulai dari kelas 2 SMP, dia selalu ada buat support gue dari belakang. Nggak, dia gak kasih gue modal berpuluh-puluh juta buat gue buka usaha yang super gede, tapi dia SELALU bantu gue packing dan anterin gue ke JNE untuk ngirim barangnya. Sekarang gue punya online shop yang jual noodles cake gitu, sekalian jawab pertanyaan yang sering gue dapetin “Chell, itu kue indomie lo buat sendiri?”, iya kadang gue buat sendiri, tapi sering banget dibantuin papi. Dia rela gue bangunin subuh-subuh, atau waktu makan siang dia pas kerja, dipake buat bantuin gue bikin orderan. Bahkan kadang dia yang belanja ke pasar sendirian kalo gue lagi gak bisa.

Papi juga cukup jago masak! Beberapa kali dia masak buat gue bawa bekal ke kuliah. Dan kalau dilihat postur tubuhnya, kita semua tau, apa hobi terbesarnya. Iya bener, makan. Dia suka banget makan. I didn’t mind with it, tapi gue cukup gemes ketika liat dia makan mulu padahal sebenernya gak butuh.

(Diambil 8 tahun lalu)


Hey dad, I write this blog for you! Happy belated 45th birthday, I really wish you all the best!
Aku, mami dan dede selalu bersyukur, ada orang kaya papi yang Tuhan tempatin di tengah-tengah kita semua yang super ceroboh. Oleh karena itu kita bertiga mau papi selalu bareng sama kita, kalau papi tua nanti dan aku sama dede udah kerja, kita mau ajak papi mami jalan-jalan, seneng-seneng, bukan malah liat papi atau mami sakit dan sengsara, this is the reason why sometimes Im getting mad whenever I saw you over eating Not because I didn’t want you to enjoy the food, but simply because your older daughtie doesn’t want you to getting sick, I hope you understand this. Please keep healthy!

Lots of love from your stubborn oldest daughtie

Xx 

Minggu, 06 Agustus 2017

Diajak liat hantu sama abang

Dengan adanya ojek online, gue yakin, sebagian besar dari kalian (dan termasuk gue), pernah menggantungkan harapan kepada abang-abang ini

Maksudnya, harapan untuk diantar ke tempat tujuan dengan waktu sesingkat-singkatnya dan biaya seminim mungkin oleh abang ojek online

Beberapa dari kalian juga pasti pernah berusaha ngobrol sama driver ojek online ini, sekedar basa basi atau emang kepo, namun sering kali usaha basa basi sama driver ini gagal karena kalah sama suara angin, dan yang terjadi adalah percakapan seperti dibawah ini
A : Mas udah berapa lama jadi ojek gini mas?
B : ya kurang lebih savbeivbeaif lah
A : ooh iyaiya, lumayan yah (pura-pura kedengeran). Biasa narik daerah mana aja mas?
B : Kalo saya sih vjnvileakrgbvelv
A : (pura pura denger lagi). Sebelumnya kerja apa emang mas?
B : vabrvaerkjgbverakgjvn aerkdjgvbergjvnrlekgjv irehgvnerlgvba
A : (udah cape pura-pura kendengeran, akhirnya diem aja)

Banyak banget cerita yang udah gue baca tentang drama ojek online ini di beberapa sosmed, sampe ada Instagram yang isinya cerita-cerita drama dunia per-ojek-an. Gue juga pernah denger cerita drama dunia per-ojek-an ini dari temen deket gue. Jadi ceritanya pagi itu hectic karena mau ujian statistik dan dia yang biasanya ke kampus naik bus, hari itu naik ojek. Gue udah tungguin dia di McD deket kampus karena mau minta ajarin. Sekitar 1 jam lebih nunggu, eh kok ga dateng juga orangnya, biasa gak selama itu kok. Gue langsung check hp bermaksud mau menanyakan keberadaannya, sebelum gue chat dia, ternyata dia udah chat gue duluan, dia ngabarin kalo kakinya ketabrak bajaj di menteng, jadi sampenya rada lama. Pftt gue bingung harus kasian apa ketawa dulu. Gue juga bingung, kalo kaki di tabrak bajaj, kenapa jadi lama sampenya. Kan abis ditabrak langsung aja jalan gitu… Tapi yaudahlah, yang penting dia gapapa. Cuma sakit dikit aja, katanya sih. Gue juga pernah naik ojek konvoi sama dia, dia sering kali bermesraan dengan abang ojek online. Contoh, pegang-pegang pundak si abang mulu, terus dia minta bukain helm. Padahal gue juga ada disana, kenapa gak minta bantuan gue aja. Yaa… Karena gue temen yang baik, gue membiarkan dia menikmati kemesraan sesaat itu.

Gue sendiri belum pernah ngalamin drama yang gimana-gimana banget. Sampai akhirnya kemaren ini gue mengalami kejadian yang tidak biasa.

Malem itu gue abis dari shaokao PIK, jajan sate cantik sama salah satu temen gue. Kebetulan temen gue dapet promo potongan 15rb sebanyak 10x untuk ojek online tersebut, jadi yaudah minjem order dari punya dia (Ga usah disebut nama perusahaannya ya, takut dituntut pencemaran nama baik euy xD). Gak lama setelah order, abangnya pun dateng, tapi dia malah pake jaket dari ojek perusahaan sebelah, katanya nyalain 2 aplikasi. Yaudahlah ya. Terus dia cerita dia siang kerja, malem sampe subuh narik, blablabla. Gue ladenin seadanya aja. Perkataan yang selanjutnya keluar dari mulut si driver ini adalah, “Mbak punya anak berapa?”. Ngggg? Gimana mas? Setua itu ya muka saya? Akhirnya gue cuma jawab “Saya baru 20 tahun mas, masih kuliah”. Udah, sampe disitu percakapan yang ini.

Gue yang dibonceng si abang ini pun lewatin waduk pluit, lumayan gelap dan sepi, tiba-tiba gue denger suara jeritan kuntilanak, setengah ketawa gitu. Can u imagine how I feel at that moment? Eh ternyata ini ringtone si bapak. Katanya ga kedengeran kalo gak pake ringtone. Dan gue denger itu sekitar 6-7x saat perjalanan. Tapi yaudah, gue masih cuek, gak ngerasa serem-serem banget.

Setelah beberapa menit diem, abangnya nanya, mau lewat Lodan apa Kota? Gue bilang lewat Kota aja, Lodan creepy, banyak kecelakaan ga masuk akal. Dia pun jawab “Oh gitu yah mbak? Yaudah deh tapi kalo saya pribadi sih sukanya malah hal yang begitu mbak, yang serem-serem lah”. Gue kembali diem karena bingung mau respon apa.

Nah disini mulai deh dia cerita..
“Saya udah biasa mbak sama hal gitu, jadi gak takut lagi. Kata ibu saya, saya ini punya indra ke 6. Beberapa kali kalo ada berita bunuh diri, saya datengin lokasinya, eh bener aja, saya ketemu sama arwahnya ini, selalu saya ajak ngobrol, biasa sih bunuh diri karena masalah uang atau cinta yah mbak. Wujud mereka tuh kadang ada yang udah ancur mbak kalo kaya korban kecelakaan tuh. Terus pernah juga saya foto sama hantu, saya masukin fb, eh jadi piral tuh foto”. Gue males banget nanggepin, tapi karena ga enak, gue tanggepin seadanya aja, entah ini cerita bener apa ngga, tapi sepertinya, dia sedikit freak. Tanpa diminta, dia mulai lanjutin ceritanya, “Saya ke Jakarta tuh dari Jogja ya naik sepeda mbak, sendirian, 2 hari 2 malem, lewatin gunung, hutan, semua sendirian. Saya cuma bawa uang 20 ribu, saya tidur di kolong jembatan, nah saya pertama dikasih makan di Jakarta itu sama hantu mbak, sepiring nasi sama lauk-lauknya. Terus hantu cewe ini bilang, dibawah tumpukan kardus situ ada sesuatu buat saya, pas saya liat, eh ada uang sekitar 700 ribu gitu mbak”

Duh mas.. Saya ga penakut-penakut banget sih, yah masih sanggup lah kalo jam 3 subuh keluar kamar buat pipis ke toilet. Cuma kalo diceritain begini sepanjang jalan apalagi lewatin daerah yang lumayan sepi kan serem juga yah, walaupun antara percaya dan nggak sih denger ceritanya. Gue diem aja deh, berharap masnya berhenti cerita. Ternyata harapan gue gak terkabul, si mas ini makin menjadi-jadi.

“Nah mbak, persis di daerah sini nih, deket sini, saya pernah udah malem tuh liat tuyul. Saya tinggal motor saya, saya kejar tuh mau tau dia kemana. Eh ilang tiba-tiba. Mbaknya penakut ga ya? Kalo ngga, kita mampir bentar yuk, saya kasih tau dimana mereka muncul, mbak bisa liat juga kalo sama saya mah”

Oh.. okay.. Gue diajakin si abang buat liat setan. Dari yang tadinya diem aja, kali gue nyaut deh. “Duh gak usah deh mas, saya ga demen hal-hal gituan, mau cepet-cepet pulang nih”

Singkat cerita, gue pun sampe dirumah. Gue cerita ke temen yang orderin gue ojek itu tentang ke-creepy-an si driver ini. Tapi berhubung gue udah sampe dirumah dengan selamat, ya biarin aja.

Gue kira cerita tentang si abang akan berhenti sampe sini. Ternyata nggak, malemnya dia kirim chat di whatsapp, berisikan gini.


Inti dari cerita ini adalah... Gue gak tau si driver beneran punya indra ke 6, atau mesum. Any idea, guys?

Kamis, 22 Juni 2017

Siapa yang lebih menakutkan?

20…
Sebentar lagi 20 tahun sudah aku hidup di dunia ini..
‘kepala dua’ kata mereka
20 tahun bisa menjadi waktu yang singkat, bisa juga menjadi waktu yang terbilang cukup panjang
Sudah terlalu banyak kisah, cerita, drama, kenangan yang sudah aku lewati
Begitu juga pelajaran
Bukan, maksud ku bukan matematika, ilmu alam dan ilmu sosial atau yang lainnya
Pelajaran hidup maksud ku
Pelajaran yang sangat unik menurut ku
Tidak bisa seorangpun di dunia ini yang bisa mengajari kamu tentang pelajaran hidup, kamu harus belajar sendiri!
Ya, kamu bisa mendengar cerita pengalaman hidup orang lain
Entah orang tua, guru, sahabat, atau bahkan orang yang tidak terlalu dekat dengan mu
Tetapi belum tentu kamu bisa belajar dari pengalaman orang lain
Bahkan sampai kamu sudah merasakan apa yang mereka namakan ‘ujian’ hidup, bahkan berkali-kali, belum tentu kamu mampu belajar sesuatu dari sana
Entah bagaimana cara belajar dari jenis ujian ini
Ujian yang kamu hadapi bukan SETELAH kamu belajar
Melainkan kamu baru akan belajar, setelah mendapat ujian.


Berbagai ‘ujian’ hidup telah aku lewati
Di tulisan ku kali ini, biarkan aku berbagi mengenai pelajaran yang masih terus ku pelajari sampai detik ini
Tidak, aku tidak akan menggurui kalian
Aku mau berbagi dengan kalian, dan mengajak kalian berpikir bersama
Syukur-syukur kalau pertanyaan ku ini bisa terjawab
Ya, pertanyaan ujian, dari diri ku, untuk aku sendiri


Aku kecewa ketika sudah merias diri, namun orang di sebrang sana semudah itu membatalkan janji untuk bertemu
Aku kecewa ketika mengeluarkan uang untuk makan di suatu restoran, namun rasanya seperti tidak layak masuk perut
Aku kecewa ketika memesan ojek online dan berharap akan sampai tujuan lebih cepat, namun ternyata driver malah membawa ku keliling Jakarta
Aku kecewa ketika sudah belajar sampai larut malam, namun hasilnya tidak memuaskan
Aku kecewa ketika berlatih setengah mati untuk suatu lomba, namun aku gagal
Aku kecewa ketika menganggap seseorang adalah sahabat, ternyata sering kali diam-diam pergi dengan orang lain tanpa mengajak diriku, atau bahkan membicarakan diri ku ketika aku tidak ada
Aku kecewa ketika saat sekolah, aku mengajari temanku mengenai ilmu yang orang-orang sebut sebagai fisika, namun ketika ujian, dia mendapat nilai yang jauh lebih bagus daripada aku
Aku kecewa ketika aku seseorang melakukan hal yang dia tau sebenarnya aku tidak suka, namun ia tetap melakukan itu di depan ku (dan sialnya aku tidak bisa melarang)
Aku kecewa ketika sahabat ku mempunyai pacar baru. Apakah karena aku tidak turut senang ketika mereka bahagia? Bukan. Karena aku (mungkin juga kalian) pernah merasakan, seseorang cenderung ‘lupa kawan’ ketika mempunyai pacar
Aku kecewa ketika berusaha selalu ada untuk orang lain, namun ketika aku bosan, mereka sangat sibuk, bahkan tidak punya waktu membalas pesan singkat ku
Aku kecewa ketika aku peduli kepada seseorang, mereka melakukan salah, lalu aku menegurnya, respon mereka adalah marah dan mengira bahwa aku ingin menjatuhkan mereka, menghina, ribet, rese, kepo, dan lainnya
Aku kecewa ketika berusaha tepat waktu untuk bertemu seseorang, namun dengan mudahnya orang itu membiarkan diriku menunggu beribu-ribu detik tanpa berpikir betapa kesepian dan bosannya aku saat itu
Aku kecewa ketika aku selalu berusaha jujur di depan orang tua ku, berusaha agar mereka tidak akan pernah malu setitikpun karena aku, namun mereka tetap mengira aku mengelabui mereka
Aku kecewa melihat bagaimana janji yang dulunya pernah aku dan pihak lain buat bersama, sekarang tidak ada artinya
Dan masih banyak lagi kecewa lainnya yang jika aku paparkan, aku khawatir kalian akan muak membacanya
Namun menurut ku, jenis kecewa yang paling membuatku sakit adalah ketika orang lain tidak dapat mengerti mengapa aku kecewa. Sering kali jika aku bercerita bahwa aku kecewa, yang aku dapat hanyalah cemoohan dari mereka yang tidak mampu mengerti bagaimana perasaan ku. Atau bahkan mereka akan memilih untuk menjauhi ku. Hmm, ku rasa mereka bukan tidak mampu mengerti, namun tidak mau mengerti. Jelas perbedaannya.


Tidak, aku tidak meminta belas kasihan kalian, aku bukan sedang menceritakan bagaimana menyedihkan hidupku yang dipenuhi kekecewaan karena aku sangat yakin, kalianpun mengalami kecewa yang sama sepertiku, bahkan lebih hebat. Dan aku pun yakin, sudah banyak orang yang mengalami kecewa karena ku.


Beribu pertanyaan seringkali melintas bolak-balik di dalam kepala ku
Mengapa orang lain mudah sekali membatalkan janji untuk bertemu tanpa memikirkan bagaimana perasaan ku? Mengapa restoran ini memilih koki yang payah? Mengapa driver ojek online ini tidak tau jalan? Mengapa hasil yang aku dapatkan tidak sesuai harapan walaupun aku berusaha, padahal kata orang-orang, usaha tidak akan mengkhianati hasil? Mengapa seorang sahabat tidak memikirkan perasaan ku ketika mereka hendak melakukan sesuatu padahal aku selalu menjaga perasaan mereka bak seorang ibu menjaga bayinya yang baru lahir? Mengapa orang lain tidak dapat membalas pesanku ketika aku butuh mereka? Mengapa orang tua ku tidak percaya kepadaku? Mengapa mereka berkata jahat kepadaku padahal yang aku lakukan adalah ingin menunjukan rasa peduli ku pada mereka? Mengapa bisa orang lain membiarkan ku menunggu begitu lama? Mengapa begitu mudahnya orang lain melupakan janji yang pernah ia buat?


Bukan, yang barusan kalian baca bukan pertanyaan ujian itu

Setelah melewati itu semua, aku mempunyai suatu stigma tersendiri begitu menakutkan jika berhubungan dengan orang lain. Sering kali aku berpikir, aku akan berusaha menjadi se-independen mungkin, agar tidak banyak berhubungan orang lain dan meminimalisir kecewa yang dapat terjadi padaku

Namun… Akhir-akhir ini, suatu pertanyaan yang tidak pernah terlintas sebelumnya, mulai mengganggu pikiranku.
Ketika aku kecewa, siapa yang salah? Mereka? Atau aku?
Aku yang percaya kepada orang lain
Aku yang menaruh harapan pada orang lain dan hal lainnya
Aku yang berusaha menjaga perasaan orang lain
Aku yang tetap menunggu
Aku yang ingin orang lain agar percaya padaku
Aku yang memberi orang lain ‘pisau’ untuk menusuk dada ku berkali-kali, dan aku tidak menjauh.


Setelah bertubi-tubi ujian yang aku hadapi, namun aku belum mendapat jawaban yang tepat untuk pertanyaan ujian ini
Jadi, siapa yang harus lebih aku takuti?
Mereka?

Atau aku?


Selasa, 11 April 2017

Kecil, telanjang dan berlumuran darah (Part 2)

Masa awal SD adalah dimana saat anak bocah lagi jelek-jeleknya karena ompong, pergantian gigi susu menjadi gigi permanen. Cerita part 2 ini akan gue awali dengan kisah “gigi” si bocah iseng ini.



Mungkin beberapa dari kalian pernah tau cerita tentang peri gigi. Buat kalian yang gak tau, peri gigi bukan seperti mimi peri, peri dari kayangan dengan kecantikan 17x yang lagi hits di Instagram, tetapi seperti cerita santa claus, beberapa anak kecil percaya bahwa peri gigi itu ada, jika mereka meletakkan giginya yang baru saja lepas dibawah bantal, peri gigi akan mengambil gigi itu dan mengganti dengan hadiah. Biasa berupa uang.

Adek gue salah satu bocah lugu yang percaya dengan hal ini. Di suatu siang yang cerah, sepulang sekolah gue melihat wajah girang dari adek gue. Ternyata dia dapet 5.000 rupiah dibawah bantal tempat dia tidur semalem, katanya dari peri gigi. Gue iyain aja. Kejadian ini gak cuma sekali, tapi di kejadian kedua, dia cuma dapet 2.000, langsung deh dia protes ke mami, “mi kok kali ini aku cuma dapet dua ribu dari peri gigi?”, dengan entengnya mami jawab “iya gigi kamu yang itu udah busuk, jarang sikat gigi sih, jadi harganya cuma 2.000”. Sepertinya tanpa gue kasih tau, kalian juga udah tau kan siapa yang ambil giginya dan diganti sama duit? Entah itu tindakan yang benar atau tidak untuk seorang ibu lakukan, saat itu adek gue jadi semakin percaya dengan keberadaan peri gigi, entah apakah kepercayaan itu berlanjut sampai detik ini apa ngga..

Bagi orang tua, pasti suatu kebanggaan tersendiri kalau gigi susu anaknya tiba-tiba copot sendiri. Kenapa? Karena gak perlu keluarin duit untuk cabut ke dokter gigi lagi (diluar resiko akar ga kecabut dan lainnya ya). Kebetulan gue dan adek gue jarang banget ke dokter untuk cabut gigi susu. Pernah suatu kali gue dibawa ke dokter gigi, baru duduk di bangku yang bikin degdegan itu, dokternya lagi siapin gel, tiba-tiba gigi gue copot, akhirnya ortu gue gak perlu bayar biaya cabutnya. Mungkin dokternya saat itu eneg juga kali ya, gue dateng cuma buat ngerjain aja.

Nah adek gue juga pernah dibawa ke dokter gigi karena gigi permanennya udah tumbuh, tapi gigi susu belum copot, jadi mau gak mau harus dicabut sama dokter. Dia ditemenin sama mami dan satu orang temen mami. Tanpa perasaan takut, diapun pergi. Hebat juga anak ini, jarang-jarang ada anak kecil yang gak takut ke dokter gigi. Setelah sekitar 1 atau 2 jam pergi, mereka pulang dan mami ngoceh. Gue udah tau, pasti ada sesuatu yang terjadi tadi. Tanpa disuruh, mami pun cerita. Jadi ketika giliran dede, dia disuruh duduk dan kumur-kumur, lalu dia diminta untuk buang air kumurannya itu, dia malah bangun dari kursi dokter gigi. Oh.. Ternyata dia mau beranjak ke wastafel. Yaudahlah gapapa. Tapi sepertinya sambil buang air yang ada di mulut, dia ngelirik ke dokter yang lagi siapin suntikan. Seketika ide kreatif anak ini muncul, bukannya balik ke kursi, dia malah lari sekenceng mungkin keluar ruangan dokter gigi, lalu keluar dari gerbang tempat dokter gigi ini. Kenapa mami ngoceh? Karena dia harus ngejar anaknya yang kabur dari dokter gigi itu. Entah apa yang dirasa mami saat itu. Tapi kalo gue jadi mami, yang jelas gue akan malu…..

Walaupun udah bisa mandi sendiri, terkadang adek gue memilih untuk dimandiin dan kebetulan waktu itu dirumah masih ada penolong rumah tangga. Tapi kayanya mbak yang itu error deh, (tentang ke-erroran mbak-mbak dirumah gue, akan gue cerita di postingan khusus) intinya mbak ini suka cerita horror dan dia bilang itu kejadian dia beneran. Adek gue yang waktu kecil gak penakut, jadi penakut saat SD karena sering denger cerita dan nonton yang serem-serem. Suatu hari adek gue dimandiin sama mbak, gue lagi santai-santai baca majalah bobo (yang kelincii itu) di ruang tamu, tiba-tiba denger suara super berisik dari kamar mandi. Gue kira adek gue jatoh apa gimana, ternyata dia abis sirem mbak gue. Ditanya alasan kenapa dia sirem mbak, ternyata alasannya karena mbak ini cerita horror saat lagi mandiin adek gue, adek gue kesel, dia takut, jadi tindakan yang dia ambil adalah sirem mbak gue sampe basah kuyup. Kasian sih mbaknya, cuma gimana…. Lumayan lucu juga liat pemandangan itu.

Suatu hari, adek gue ikut main drama musikal gitu, dia jadi kodok. Gue dan mami nonton. Pas dia muncul, awalnya dia nari-nari aja dengan girangnya. Eh kok ditengah-tengah dia berhenti dan meletakkan kedua tangannya dibawah perut. Saat itu juga mami langsung lari ke backstage sambil bilang “duh udah tau deh penyakit adek kamu, pasti dia mau pipis tuh kalo udah begitu”.. Ternyata sang kodok berhenti nari karena kebelet pipis guys…



Kalau kalian baca tentang adik gue, pasti kalian udah kegambar kira-kira anaknya gimana sih. Tapi gue belum cerita mengenai hubungan gue dan dia..

Iya gue bukan kakak yang sebaik itu juga. Gue seneng isengin dia. Pernah suatu hari dia lagi tidur siang dan belum bangun sampai jam 6 sore. Gue hanya lakuin prank biasa sih. Gue bangunin terus gue bilang, “cepetan bangun! Udah telat ini! Emang gak mau sekolah??”. Dan dia langsung lari ke kamar mandi, dia percaya bahwa itu udah jam 6 pagi :)

Guepun tau, terkadang dia gak suka sama gue. Dia pernah main drama di gereja, kayanya waktu itu dia masih SD. Dia ajak temannya main ke rumah, saat temennya tanya ada siapa dirumah, dia bilang “ada cece aku yang galak”.. ouch!

Jaman blackberry masih hits, adek gue adalah anak yang cukup beruntung karena waktu SD dia udah megang hp kece itu. Suatu malam yang tenang pun pecah. Awalnya dia pasang password pertama untuk blackberrynya karena sering gue bajak. Cuma dia sama mami yang tau apa passwordnya. Terus gue iseng aja nebak, “passwordnya ‘cece nyebelin’ ya? Pake spasi gak? Atau disambung aja?”. Dalam beberapa detik kemudian, dia nangis kejer, ternyata password yang gue tebak itu bener. Dia marahin mami, dia pikir mami yang kasih tau gue. Gue juga ga nyangka kemampuan menebak gue sehebat itu!

Gue tidur sekamar sama dia. Malam itu dia tidur duluan dan tiba-tiba lapar menyerang. Untung masih ada roti! Gue makan lah itu roti di deket dia yang udah tidur. Baru sekitar 2-3 gigitan, tiba-tiba dia tendang roti itu dan akhirnya hidup sang roti pun berakhir di lantai, bukan di perut gue. Entah siapa yang harus jadi kambing hitam saat itu. Dia yang lagi mimpi jadi aktris dalam film action sehingga nendang roti gue? Diri gue sendiri karena makan deket orang yang lagi tidur? Atau Tuhan yang kasih dia mimpi? Ah sudahlah~

Iya memang sampai gue SMA, hubungan gue dan dia tidak sebaik itu. But thanks God, semakin kesini, semakin baik..

Pernah suatu saat dia balik dari gereja terus dia bilang “tuh aku beliin cece nasi goreng”, dan gue jawab “oh? Nasi goreng apa?”. Kemudian dia nunjukin sebungkus chiki, ternyata nasi goreng itu nama merk chiki gitu. Chiki merk nasi goreng rasa rumput laut. Ehe……

Terlalu banyak kejadian yang membuat gue terjebak dalam love and hate relationship dengan adek gue. Flashback ketika dia sekitar kelas 1 SD, gue lupa apa yang membuat gue kesel sama dia, antara sengaja dan ngga, gue tendang dia, gak bermaksud nendang muka, tapi apa boleh buat, yang ketendang saat itu adalah muka. Umur 6 tahun adalah saat dimana seorang anak bocah lagi jelek-jeleknya, banyak gigi ompong karena pergantian gigi susu ke gigi dewasa yang permanen. Waktu gue tendang, ternyata gigi adek gue yang lagi goyang langsung lepas sampe darah dimana-mana, posisinya waktu itu kita lagi di kamar ortu, tapi siang-siang, jadi mereka gak ada.

Gue panik ngeliat darah begitu, tapi adek gue ga nangis. Tindakan yang dia ambil adalah bersihin darahnya sendiri dan nenangin gue dengan ngomong, “cece jangan takut, aku ga akan ngadu ke mami biar cece ga dimarahin”

Ternyata anak kecil rese itu sayang sama gue, walaupun gue buat dia berdarah sampe segitunya, dia masih berpikir untuk melindungi gue dari mami yang pada saat itu super galak.. (I’m crying as I write this)

Semester 4 ini semester yang cukup berat buat gue, apalagi tiap senin, dimana gue harus ngajar dulu, langsung ngibrit ke kampus buat 2 kelas, dimana salah satunya dalah statistik. Lelah….
Pagi itu rasanya males banget bener-bener pengen istirahat aja seharian. Tapi dikarenakan itu udah jadi tanggung jawab gue, mau gak mau gue memaksakan kelopak mata ini untuk membuka. Baru aja duduk, terus liat ada sekotak tempat makan warna ungu diatas buku statistik gue yang super tebel, dia masak buat gue guys. Langsung liat aja gambar dibawah ini..



Terharu banget gue. Rasanya semangat buat jalanin hari itu hahaha

Tadinya gue mau post ini disaat ulang tahun dia yang ke-15, tapi karena keadaan tidak memungkinkan, Happy National Sibling day ya, my one and only sister. I love you so much. Tulisan ini aku buat bukan untuk mempermalukan kamu atau apapun juga, tapi semoga dari tulisan ini, kamu inget dan tau betapa hidup aku jadi jauh lebih berwarna semenjak ada kamu, walaupun aku jarang mengekspresikan itu !