Setelah buka blog ternyata udah 1 tahun gak nulis. Tapi gapapa di 2019 kemarin gue udah berhasil lewatin tulis menulis tebel ala anak kuliahan yang dinamain skripsi. Gak sih, lagi gak mau cerita tentang skripsi. Alasan gue buka blog ini lagi? Ya karena bingung mau ngapain, bagi orang-orang yang masih WFH selama pandemic COVID-19 ini, bersyukurlah, masih ada work. Gak kayak freelancer atau orang-orang yang akhirnya udah gak bisa kerja karena emang harus mobile baru dapet duit. Kalau gak bisa berkeliaran? Ya gak ada duit. Tapi udah ah gak penting. Langsung aja ya....
Be yourself merupakan sebuah kalimat yang positif dan bermakna.
Banyak orang berlomba-lomba menjadi orang lain demi disenangi seluruh dunia. Padahal katanya "Kamu bukan indomie, gak mungkin semua orang suka sama kamu", disaat inilah akan muncul kalimat "be yourself", gak perlu lagi berusaha untuk menjadi orang lain demi menyenangkan orang lain.
Yap setuju banget, cukup jadi diri kita sendiri dan orang yang tepat akan tetep ada disamping kita. Tapi jangan lupa, kalimat be yourself itu ada kata lain di tengahnya, "Be the best version of yourself". Gak cuma semata-mata karena kalimat be yourself, kita jadi bisa merasa "Oh yaudah gue kan harus jadi diri gue apa adanya, gak peduli apa kata orang"
Padahal "apa kata orang" itu mempunyai makna yang luas, emang sih kadang terlalu dengerin apa kata orang itu bikin super pusing, stress bahkan bisa sampe depresi. Jadi pada kadar tertentu, kita gak perlu dengerin apa kata orang atau menyerap semua yang orang lain omongin. Tapi tanpa sadar, kadang kita ngeh ada hal yang perlu diperbaiki dari diri kita, karena orang lain yang ngasih tau ke kita. Jarang banget kita bisa sadar bahwa kita perlu memperbaiki diri kalau kita belum ngalamin hal yang gak enak, atau ya dikasih tau sama orang lain. Itu soal dengerin apa kata orang atau nggak.
Yang kedua, kita pasti gak asing dengan kalimat "Bener tuh, harus apa adanya, ngomong gak usah pake disugar-coating, basa basi busuk", "Gue mah apa adanya aja, apa yang gue rasain langsung gue keluarin, gak bagus kalo mendem", kata orang-orang yang seringkali ngomong hal yang nyelekit dan berlindung dibalik tembok bertulisan "saya kan sedang jujur. Lebih baik jujur tapi nyakitin daripada bohong walaupun manis"
Ey hellooo, paham kok jujur itu baik, tapi bukan berarti dengan menjadi jujur, kita jadi gak mikirin perasaan orang lain dan selalu pake jurus "ya kan apa adanya aja". Orang-orang kayak gini sering kali bikin gemes. Gak ada yang suruh lu bohong sih, tapi mbok ya punya social intelligence* dikit bisa kali :(
Ada saatnya pikiran/perasaan yang ada dalam diri kita gak perlu dikeluarin karena itu bisa memperburuk suasana atau bahkan melukai orang lain. Dan apakah itu artinya kita tidak jujur? Tentu tidak. Artinya kita cukup peka mengenai keadaan sekitar kita, dan punya kesadaran penuh untuk tidak menyakiti orang lain.
Ketiga, ketika berargumen dan mulai menyerang pihak tertentu, ada lagi jurus yang akan keluar, namanya "lah kan ya semua orang punya hak untuk berpendapat". Waduh berat ngomonginnya udah hak segala. Ngomongin soal hak, mengingatkan gue pada training yang gue ikutin bulan Februari kemarin tentang CRC (child rights convention), kali ini gue gak akan membahas mengenai hak-hak anaknya, tetapi mengenai hak secara general. Sering kali hak diletakkan bersampingan dengan kewajiban. Namun di training kemarin diajarin bahwa hak itu selalu datang bersamaan dengan tanggung jawab.
Apa beda kewajiban dan tanggung jawab? Coba misalnya "Kamu wajib datang ke kantor tiap jam 8 pagi", sama "Kamu memiliki tanggung jawab untuk datang ke kantor tiap jam 8 pagi", kalimat mana yang lebih membuat kamu lebih empowered? Ya dijawab dalam hati aja, kali ini kalian baca aja pendapat gue okay :)) Kewajiban terkesan sesuatu yang memaksa dan datangnya dari luar diri kita, sedangkan tanggung jawab berasal dari dalam diri kita sendiri.
Jadi kenapa hak selalu datang bersamaan dengan tanggung jawab? Ini selalu terngiang-ngiang dalam diri gue. Hal simple yang sering kali kita tidak sadari. Ketika kita memiliki hak, yang dalam ini konteksnya adalah hak untuk berpendapat, kita pun memiliki tanggung jawab atas pendapat yang kita keluarkan. Tanggung jawab disini maksudnya luas, bisa tanggung jawab mengenai kebenaran dari kalimat kita, apakah itu fakta atau opini semata? Lalu bisa juga tanggung jawab, apakah kalimat yang kita keluarkan akan melukai/merugikan orang lain atau tidak? Sering kali kita semua lupa akan hal ini.
Kok jadi panjang ya. Intinya "be yourself", "menjadi jujur", "apa adanya", "menggunakan hak untuk berpendapat" ya gapapa banget. Tapi jangan berlindung dibalik kalimat-kalimat itu untuk seakan gakpapa nyakitin orang lain dan bersikap semaunya.
See you on my next post! 😘
*Social Intelligence (SI) is the ability to successfully build relationships and navigate social environments. Akan dibahas di tulisan selanjutnya karena ini hal sangat mendasar, lebih mendasar dari 1 + 1 gak selalu hasilnya 2, tapi banyak orang yang gak sadar akan adanya hal ini.
my life's journey
Minggu, 05 April 2020
Selasa, 05 Maret 2019
Siapa yang pantas masuk Surga?
Hehe, judul yang cukup provokatif dan sensitif ya?
Gak kok, saya tidak sedang berusaha menerka2 siapa yang masuk
surga atau siapa yang gak pantes, emangnya saya siapa..
Tulisan kali ini akan singkat dan dibuat hanya karena berdasarkan observasi awam
dan keresahan saya, beberapa tahun belakangan ini, entah karena apa (kata orang-orang sih ada
faktor karena politik juga, but who knows?), beragama secara sangat radikal,
menjadi hal yang cukup kontroversial.
Fenomena ini membuat agama sering kali digunakan sebagai
alat untuk “menghakimi” sesama, bersembunyi dibalik kata “maaf, sekedar
mengingatkan”, padahal TERKADANG maksudnya mau bilang “eh lo tuh salah, ini
yang bener”
Beragama menjadi alasan untuk normalisasi perbuatan ikut
campur urusan orang lain. “ngga ini bukan ikut campur, tapi ini gue
mengingatkan sebagai sesama kaum beragama”. Hal ini terlihat simple, tapi
pernah terlintas gak pikiran bahwa, karena sifat ikut campur dan suka untuk
menghakimi orang lain, dapat berdampak seseorang memutuskan untuk mengakhiri
hidupnya. Terkadang bukan masalahnya yang membuat ia menjadi “gak kuat”, tapi
karena “omongan orang”
Oh ya, sebelum membaca lebih jauh, perlu diklarifikasi,
tulisan ini tidak bermaksud untuk menganggap agama salah, yang salah adalah PENYALAHGUNAAN
agama sebagai tameng untuk perbuatan-perbuatan yang disebut diatas.
Sehubungan dengan agama, saling mengingatkan, ikut campur
dan lainnya seringkali dijadikan alasan untuk melakukan perbuatan baik seperti “berpahala”
atau “amal” agar masuk Surga.
Hal ini tiba-tiba mengingatkan saya pada pembicaraan saya
dan teman saya beberapa bulan lalu, kami berdiskusi, kedua dari kami sadar
bahwa kami bukan orang jahat, namun juga bukan orang suci, hal ini membuat kami
berandai-andai, jika memang Surga ada, nantinya apakah kami masuk Surga atau tidak?
Dari sekian banyak percakapan hari itu, yang paling saya ingat adalah kalimat berikut
ini,
“Chell, menurut gue orang yang paling pantas masuk surga adalah orang
yang entah gak tau / gak percaya / gak peduli sama adanya Surga”
Mendengar hal ini, tanpa butuh waktu lama, rasanya saya
langsung setuju dengan statement ini.
Kami berdua setuju bahwa orang yang pantas masuk Surga
adalah orang yang berbuat baik tanpa berpikir “mau masuk Surga”. Mereka melakukan
kebaikan karena mereka mau, karena rasa kemanusiaan dan rasa empati, bukan
karena mengejar Surga. Mengejar Surga tidak salah, namun ketika motivasi terbesar
untuk ingin membantu orang lain adalah agar kita “selamat”, rasanya egois, ya?
Bagaimana menurut anda? ;)
Semoga tulisan ini dapat menjadi refleksi bagi kita semua, tanpa ada rasa tersinggung atau sakit hati.
Rabu, 09 Januari 2019
Pemikiran (Sok) Hebat!
Wah, sudah 2019, dan ternyata blog gue 2018 kosong ya haha.
Blog pertama gue di 2019 ini adalah mengenai kesalahan pola pikir
sewaktu SMA. This gonna be a long story, semoga lo masih mau baca sampe
akhir ya.
Kalau ngomongin kesalahan sewaktu SMA, pasti setiap dari kita
pernah melakukan kesalahan, entah kesalahan besar yang mengakibatkan orang tua
/ wali dipanggil sama sekolah, atau kesalahan konyol buat haha hihi aja.
Kali ini gue mau sharing tentang salah satu kesalahan yang
gue lakukan gue sewaktu SMA, yang baru gue sadari beberapa bulan belakangan
ini.
Dari sekian banyak kesalahan yang gue lakukan, menurut gue
kesalahan terbesar yang gue lakukan adalah pola pikir. Iya pola pikir, pola
pikir yang menurut gue hebat pada saat itu, tapi setelah ditinjau ulang, ini
adalah pola pikir yang menghambat gue sendiri.
Sewaktu SMP, nilai gue bisa dibilang lumayan lah, gak jelek-jelek
banget. Masuk ke SMA, apalagi waktu peminatan dan gue masuk IPA, nilai gue udah
mulai belepetan. Gak sampe do re mi sih, cuma ya sering remed deh.
Apa yang gue lakukan saat itu? Melakukan pembiaran.
Tetep usaha, tetep belajar, cuma ya seadanya aja. Kenapa gue
melakukan itu? Sewaktu SMA gue mulai memiliki idealis dalam diri. Salah satu
guru gue pernah bilang, waktu SMA, pasti sebagian besar dari kita belum tau
persis kedepannya akan seperti apa, tapi seenggaknya kita tau, apa yang kita
gak mau. Dan ketika duduk dibangku 2 SMA, gue tau persis kedepannya gue ga akan
jadi ilmuwan sains eksakta, seperti matematika, fisika, kimia dan
kawan-kawannya.
Lah ga suka pelajaran IPA, terus kenapa masuk IPA? Simply karena
saat itu gue gatau mau kuliah apa dan kata orang-orang, IPA bisa masuk kuliah
apa aja, jadi yaudah deh nyeblos ke IPA.
Lanjut ke cerita mengenai pemikiran gue saat SMA, karena gue tau
gue ga akan mendalami ilmu eksak itu, gue makin santai dan mikir “bodo lah, ini
tuh ilmu ga akan kepake, ngapain gue cape-cape belajar ginian. Fix banget gue
ga akan kuliah ginian juga”. Bener sih gue berujung masuk psikologi yang
notabennya adalah ilmu yang sangat tidak pasti, kalo kata orang, ilmu
tergantung, haha.
Gue inget persis, saat kelas 2 SMA, gue dapet wali kelas yang
SUPER dan sangat sensasional pada masanya. Kalo kita ada di sekolah yang sama,
kalian pasti tau tentang guru ini. Dia seorang alumni sekolah gue juga dan dia
baru lulus S1 Teknik Sipil. Umur wali kelas gue ini ga beda jauh sama gue dan
temen kelas, jadi kebanyakan dari kita, manggil dia “kak”. Hai kak, if you
are reading this, i really grateful that i ever had a home room teacher like
you, i learn a lot from you (pastinya bukan ilmu matematikanya sih :p )
Sekolah gue termasuk lumayan santai untuk tugas dan pelajarannya
ga sesulit sekolah swasta unggulan disebelah sana. Tiba tiba seorang guru
masuk, jadi wali kelas sekaligus guru matematika dan buat “gebrakan” baru.
Di hari pertama semester satu, kita dikasihtau bahwa ada pelajaran
matematika akan SETIAP HARI. Wow. Setiap hari. Tapi tenang aja, ini bukan surprisenya.
Ehe
Selain pelajaran matematika tiap hari, kita akan dikasih tugas,
SETIAP HARI.
“yaelah cuma PR, gampang, nyontek aja”
Eits, tidak semudah itu.
Setiap orang bisa dapet soal beda-beda setiap harinya, dan PR itu
gak hanya dikumpul. Sepulang sekolah, akan ada yang namanya asistensi.
Asistensi ngapain aja? Kita akan di”sidang” mengenai PR yang udah kita kerjain
semalaman. Bener-bener ditanyain sampe pertanyaan gak penting, kaya kenapa
pangkat 0 itu selalu 1? Kalo ga bisa jawab gimana? Yaudah dapet 0 ditugas itu.
Dan ini berlangsung setiap hari, dengan topik yang berbeda.
Misalnya minggu ini eksponen, minggu depan udah move trigonometri,
minggu depannya lagi statistik, dan seterusnya. Tentunya yang di asistensi gak
cuma 1 orang, tapi 1 kelas. Nunggu gilirannya bisa sampe malem. Udah pulang
malem, ada PR yang harus dikerjakan, besoknya asistensi lagi.
Cape? Bukan main. Tapi dari waktu itu gue udah berpikir, gue aja
cape, gimana gurunya? Dan apasih yang membuat dia mau melakukan hal itu? Pada
saat itu, gue sama sekali gatau alasannya. Bahkan gue dan beberapa temen sempet
sangat kesaaaaal sama guru ini. Dan dengan kerennya ngeupload quotes einstein
yang ini. Karena kita berpikir bahwa ini guru “gila” matematika dan gak semua
orang bisa dipaksa untuk pinter matematika
Berbagai program yang menimbulkan banyak drama mulai diadakan.
Misalnya ulangan matematika dibuat perkelompok, berisi sekitar 3-4 orang, lalu
kalau satu orang aja dalam kelompok gak mencapai KKM, yang lainnya gak boleh
pulang dan UJIAN ULANG. Sampe kapan? Sampe semua lulus tentunya. Kita ujian
sekitar jam 1, di jam 3 atau 4 udah ada beberapa kelompok yang pulang dan
kelompok gue? Ya belom lah, lagian gue dijadiin ketua, gue aja gak paham-paham
banget, pake acara disuruh ngajarin orang. Beberapa kali, gue lulus, dan temen
gue nggak, berujung dia nangis, padahal kita temen sekelompoknya ga marah sama
sekali, tapi dia merasa bersalah sendiri, dan gue sebagai ketua ala ala, jadi
sedih juga, gak sukses ngajarinnya.
Tapi sayangnya program dari guru ini tidak berjalan mulus. Program
program ini menuai banyak protes dari orang tua. Terlihat tidak manusiawi, ya?
Terus apa sikap ortu gue mengenai program program "gila" ini? Saat gue sering
banget ketiduran waktu ngerjain tugas, mami cuma foto dan dimasukin ke IGnya, sama
sekali ga protes ke sekolah walaupun tiap hari anaknya ngeluh sampe drama
nangis-nangis segala. Karena sekolah gue selalu sangat memperdulikan protes
dari orang tua, guru ini ditegur dan banyak program yang harus dihentikan.
Sedih ya.
Mungkin di sekolah kalian, kalian gak nemu guru se-sensasional
ini. Tapi pasti semua guru akan “memaksa” kalian untuk pintar di mata pelajaran
yang dia ajar kan? Kalo dapet nilai jelek, marah. Padahal jelas kata Einstein,
kalo bilang ikan bodoh karena dia gak bisa manjat pohon itu adalah kesalahan
besar. Gak semua orang punya kecerdasan yang sama! Kok kita dituntut harus
pinter matematika, fisika, kimia, akuntansi, ekonomi dll sih? Kayanya ada yang
salah dengan sistem pendidikan kita deh!
Itu pemikiran gue saat SMA. Tapi sekarang gue sangat sadar, saat
itu gue dipaksa harus bisa ilmu eksak bukan karena guru gue berharap gue jadi
ilmuwan. Mereka akan marah ketika nilai gak lewat KKM, tapi gak pernah kecewa
kalau kita gak jadi ilmuwan kan?
Belakangan ini gue sadar bahwa pelajaran ilmu-ilmu di masa sekolah
memang sih ada yang penting, tapi sejujurnya memang gue tidak merasakan
manfaatnya dari fisika kimia dll. Terus apa dong gunanya belajar sampe keringet
darah waktu sekolah?
Buat gue pribadi, yang paling penting adalah mengenai kebiasaan.
Kebiasaan untuk apa? Untuk berjuang, untuk kerja keras, untuk tetap mengerjakan
sesuatu walaupun kita ga suka, demi tujuan di masa depan, untuk disiplin,
terbiasa untuk produktif. Semua dari kita pasti sadar betul bahwa membangun kebiasaan baik itu sulit dan butuh, tapi ketika sudah terbiasa, kedepannya akan jadi mudah menjalaninya, betul kan? Kimia Fisika Matematika Geografi dan pelajaran lainnya yang ada di sekolah belum tentu terpakai ketika lulus sekolah, tapi kebiasaan untuk berjuang itulah yang akan dibawa sampai nanti akhirnya kita semua memang sudah harus berhenti untuk berjuang.
Bagi kalian yang masih sekolah dan mempunyai pikiran yang sama
kaya waktu gue sekolah, mungkin tulisan ini bisa jadi pertimbangan untuk kalian
mengubah pola pikir, sebelum sadarnya telat, kaya gue. Goodluck xx
Sabtu, 02 Desember 2017
Papi kamu polisi ya?
Hai, setelah beberapa bulan
tenggelam di kelamnya tugas kuliah dan lain lain, hari ini gue akan kembali
nulis blog tentang seseorang yang mirip polisi, yang selalu setia anter jemput gue dari SD sampe SMA
dengan motor RX King yang suaranya sangat khas, motornya baru sampe di ujung
gang sekolah aja, satpam sekolah udah manggilin gue, radius 300 meter dari
gerbang sekolah, itu suara motor udah kedengeran dan kedengerannya sampe lantai
3. Kalau kalian temen SMA gue, pasti kalian tau deh gue akan cerita tentang
siapa.
Iya, hari ini gue mau cerita
tentang orang yang gue panggil papi. Kadang beberapa orang suka penasaran,
apakah keluarga yang gue punya sekarang itu tiri atau kandung. Kali ini gue
akan jawab segala rasa penasaran kalian, kedua orang tua dan satu adik yang gue
punya, semuanya KANDUNG. Gak ada yang mirip yah?
Oh ya pasti beberapa dari kalian
sempat bertanya-tanya dalam hati, apakah papi gue polisi atau bukan. Jawabannya
bukan guys, kerjaannya gak ada
berhubungan sama dunia begituan. Paham sih casingnya
emang mirip polisi, bahkan yang polisi asli aja bisa ketipu sama penampilan
papi. Jadi pernah suatu pagi kita sekeluarga naik mobil ke Ancol, karena udara
masih sejuk, AC gak dinyalain dan buka kaca aja. Ternyata di Ancol lagi ada
semacam gathering polisi, tiba-tiba
salah satu polisi kasih hormat ke papi yang lagi duduk dalem mobil dan nanya
“pak, gak ikutan?”, dengan santainya papi cuma jawab, “nggak, saya hari ini
tugas”, terus sang polisi langsung hormat dan mempersilahkan kita buat jalan
lagi. Kejadian ini gak cuma sekali, pernah juga papi lagi naik motor tapi gak
pake helm, waktu ada razia, kena deh diberhentiin, papi udah cukup panik karena
waktu itu STNKnya juga lagi mati. All of
sudden, si polisi yang berhentiin malah nunduk terus hormat bilang maaf,
suruh papi jalan lagi, mungkin dikira atasannya apa gimana kali ya……
Tapi………
Aslinya papi gak seserem itu lho,
hatinya lembut banget. Pernah suatu pagi gue bangun gara-gara mami ketawa
ngakak. Dikira mah ada apa, ternyata dia ketawain papi yang lagi nangis. Gue
yakin kalau kalian tau alasan nangisnya sambal bayangin muka papi yang sangar,
kalian juga akan ketawa. Jadi oma (mamanya papi) udah meninggal sebelum gue
lahir, pagi itu papi mimpi katanya dia liat oma
belum meninggal, lagi di Sukabumi, jadi dia nangis sesegukan pagi-pagi.
Kasian ☹
Dia juga cukup penakut, dia takut
banget sama ANAK ayam, jadi kalo ayamnya udah gede, dia ga takut, kalau ayamnya
masih unyu yang kuning gitu, dia bisa lari-larian. Ketakutan lainnya yang papi
miliki adalah hantu. Iya dia lumayan takut sama makhluk yang satu itu. Pernah
suatu malam mami minta dia liatin barang di rumah sebelah, dia minta mami, gue
dan dede buat temenin, tapi kita gak ada yang mau, gue dan adek gue bilangnya
takut. Tiba-tiba dia marah sambal pukul tembok dan bilang “GUE JUGA TAKUT!”.
Bayangin badan udah segede gitu, muka super sangar, eh marah gara-gara takut
ternyata. Oh ya, hampir aja ketinggalan informasi ini, kadang lutut papi suka gemeteran
kalo di tempat tinggi, dan katanya jantungnya berdebar lumayan kenceng waktu
main ulil atau alap-alap di Dufan (halilintar yang kecil ituuu)
Gue sih belum merasa efek dari
segala rasa takut papi, cuma gue cukup merasa kasian sama adek gue, jadi
beberapa tahun lalu, mungkin dia masih SD, kita lagi nginep dirumah saudara
gitu, papi sama dede tidur di bawah pake ranjang lipet, mereka berdua udah
tidur, gue belum, masih main laptop, pas nengok ke belakang, ada tikus, gue
reflek kaget dan teriak sampe papi dan dede bangun, papi pun reflek bangun,
lari ke atas ranjang, tapi sebelumnya nimpa badan dede dulu. Kasian banget adek
gue, ditimpa sama papinya sendiri yang badannya yah lumayan lah………….
Papi gue bukan tipikal ayah yang
bisa ajak gue keliling dunia tiap liburan semester, pastiin gue selalu naik
turun mobil kemanapun gue pergi, beliin hp atau gadget lainnya setiap gue
pengen ganti, kasih uang jajan sebesar UMR Jakarta, but he is a GREAT dad indeed!
Dia tipikal ayah yang sangat memperhatikan
hal kecil (walaupun kadang jadi rese ehe), tapi tanoa disadari, ternyata hal
kecil ini yang membuat dia hebat. Misalnya dia selalu concern tentang nyala-matiin lampu teras, isi air minum, cuci
piring, rontokan rambut yang berserakan di lantai, dan lainnya.
Terus gue inget banget waktu jaman-jamannya
sering banjir parah, gue stuck di
rumah temen, papi rela jalan kaki selama hampir 2 jam, nembus hujan dan banjir
yang lumayan parah, cuma buat jemput gue. Sekarang, sampai umur gue 20 tahun,
semua buku gue masih disampul rapih dan itu bukan kerjaan gue, tapi papi selalu
rajin nyampulin buku-buku gue, dari SD, sampai kuliah. Kadang juga kalau liburan
kita bangun subuh bareng buat main sepeda dari rumah ke monas, terus balik lagi.
(walaupun gue tau dia sebenernya stress juga harus jagain gue yang main sepeda lagi
sepi aja bisa nabrak-nabrak)
Disaat gue punya online shop mulai
dari kelas 2 SMP, dia selalu ada buat support
gue dari belakang. Nggak, dia gak kasih gue modal berpuluh-puluh juta buat gue
buka usaha yang super gede, tapi dia SELALU bantu gue packing dan anterin gue
ke JNE untuk ngirim barangnya. Sekarang gue punya online shop yang jual noodles
cake gitu, sekalian jawab pertanyaan yang sering gue dapetin “Chell, itu
kue indomie lo buat sendiri?”, iya kadang gue buat sendiri, tapi sering banget
dibantuin papi. Dia rela gue bangunin subuh-subuh, atau waktu makan siang dia
pas kerja, dipake buat bantuin gue bikin orderan. Bahkan kadang dia yang belanja ke pasar sendirian kalo gue lagi gak bisa.
Papi juga cukup jago masak! Beberapa
kali dia masak buat gue bawa bekal ke kuliah. Dan kalau dilihat postur tubuhnya,
kita semua tau, apa hobi terbesarnya. Iya bener, makan. Dia suka banget makan. I didn’t mind with it, tapi gue cukup gemes
ketika liat dia makan mulu padahal sebenernya gak butuh.
(Diambil 8 tahun lalu)
Hey
dad, I write this blog for you! Happy belated 45th birthday, I really
wish you all the best!
Aku, mami dan dede selalu bersyukur,
ada orang kaya papi yang Tuhan tempatin di tengah-tengah kita semua yang super
ceroboh. Oleh karena itu kita bertiga mau papi selalu bareng sama kita, kalau
papi tua nanti dan aku sama dede udah kerja, kita mau ajak papi mami jalan-jalan,
seneng-seneng, bukan malah liat papi atau mami sakit dan sengsara, this is the reason why sometimes Im getting mad
whenever I saw you over eating ☹
Not because I didn’t want you to enjoy the food, but simply because your older
daughtie doesn’t want you to getting sick, I hope you understand this. Please
keep healthy!
Lots of love from your stubborn oldest
daughtie
Xx
Minggu, 06 Agustus 2017
Diajak liat hantu sama abang
Dengan adanya ojek online, gue yakin, sebagian besar dari
kalian (dan termasuk gue), pernah menggantungkan harapan kepada abang-abang ini
Maksudnya, harapan untuk diantar ke tempat tujuan dengan
waktu sesingkat-singkatnya dan biaya seminim mungkin oleh abang ojek online
Beberapa dari kalian juga pasti pernah berusaha ngobrol sama
driver ojek online ini, sekedar basa basi atau emang kepo, namun sering kali
usaha basa basi sama driver ini gagal karena kalah sama suara angin, dan yang
terjadi adalah percakapan seperti dibawah ini
A : Mas udah berapa lama jadi ojek gini mas?
B : ya kurang lebih savbeivbeaif
lah
A : ooh iyaiya, lumayan yah (pura-pura kedengeran). Biasa
narik daerah mana aja mas?
B : Kalo saya sih vjnvileakrgbvelv
A : (pura pura denger lagi). Sebelumnya kerja apa emang mas?
B : vabrvaerkjgbverakgjvn
aerkdjgvbergjvnrlekgjv irehgvnerlgvba
A : (udah cape pura-pura kendengeran, akhirnya diem aja)
Banyak banget cerita yang udah gue baca tentang drama ojek
online ini di beberapa sosmed, sampe ada Instagram yang isinya cerita-cerita
drama dunia per-ojek-an. Gue juga pernah denger cerita drama dunia per-ojek-an
ini dari temen deket gue. Jadi ceritanya pagi itu hectic karena mau ujian
statistik dan dia yang biasanya ke kampus naik bus, hari itu naik ojek. Gue udah
tungguin dia di McD deket kampus karena mau minta ajarin. Sekitar 1 jam lebih
nunggu, eh kok ga dateng juga orangnya, biasa gak selama itu kok. Gue langsung
check hp bermaksud mau menanyakan keberadaannya, sebelum gue chat dia, ternyata
dia udah chat gue duluan, dia ngabarin kalo kakinya ketabrak bajaj di menteng,
jadi sampenya rada lama. Pftt gue bingung harus kasian apa ketawa dulu. Gue
juga bingung, kalo kaki di tabrak bajaj, kenapa jadi lama sampenya. Kan abis
ditabrak langsung aja jalan gitu… Tapi yaudahlah, yang penting dia gapapa. Cuma
sakit dikit aja, katanya sih. Gue juga pernah naik ojek konvoi sama dia, dia
sering kali bermesraan dengan abang ojek online. Contoh, pegang-pegang pundak
si abang mulu, terus dia minta bukain helm. Padahal gue juga ada disana, kenapa
gak minta bantuan gue aja. Yaa… Karena gue temen yang baik, gue membiarkan dia
menikmati kemesraan sesaat itu.
Gue sendiri belum pernah ngalamin drama yang gimana-gimana
banget. Sampai akhirnya kemaren ini gue mengalami kejadian yang tidak biasa.
Malem itu gue abis dari shaokao PIK, jajan sate cantik sama
salah satu temen gue. Kebetulan temen gue dapet promo potongan 15rb sebanyak
10x untuk ojek online tersebut, jadi yaudah minjem order dari punya dia (Ga
usah disebut nama perusahaannya ya, takut dituntut pencemaran nama baik euy xD).
Gak lama setelah order, abangnya pun dateng, tapi dia malah pake jaket dari
ojek perusahaan sebelah, katanya nyalain 2 aplikasi. Yaudahlah ya. Terus dia
cerita dia siang kerja, malem sampe subuh narik, blablabla. Gue ladenin
seadanya aja. Perkataan yang selanjutnya keluar dari mulut si driver ini adalah,
“Mbak punya anak berapa?”. Ngggg? Gimana mas? Setua itu ya muka saya? Akhirnya gue
cuma jawab “Saya baru 20 tahun mas, masih kuliah”. Udah, sampe disitu
percakapan yang ini.
Gue yang dibonceng si abang ini pun lewatin waduk pluit,
lumayan gelap dan sepi, tiba-tiba gue denger suara jeritan kuntilanak, setengah
ketawa gitu. Can u imagine how I feel at
that moment? Eh ternyata ini ringtone si bapak. Katanya ga kedengeran kalo
gak pake ringtone. Dan gue denger itu sekitar 6-7x saat perjalanan. Tapi yaudah,
gue masih cuek, gak ngerasa serem-serem banget.
Setelah beberapa menit diem, abangnya nanya, mau lewat Lodan
apa Kota? Gue bilang lewat Kota aja, Lodan creepy,
banyak kecelakaan ga masuk akal. Dia pun jawab “Oh gitu yah mbak? Yaudah deh
tapi kalo saya pribadi sih sukanya malah hal yang begitu mbak, yang serem-serem
lah”. Gue kembali diem karena bingung mau respon apa.
Nah disini mulai deh dia cerita..
“Saya udah biasa mbak sama hal gitu, jadi gak takut lagi. Kata ibu saya, saya ini
punya indra ke 6. Beberapa kali kalo ada berita bunuh diri, saya datengin
lokasinya, eh bener aja, saya ketemu sama arwahnya ini, selalu saya ajak
ngobrol, biasa sih bunuh diri karena masalah uang atau cinta yah mbak. Wujud
mereka tuh kadang ada yang udah ancur mbak kalo kaya korban kecelakaan tuh. Terus
pernah juga saya foto sama hantu, saya masukin fb, eh jadi piral tuh foto”. Gue males banget nanggepin, tapi karena ga enak,
gue tanggepin seadanya aja, entah ini cerita bener apa ngga, tapi sepertinya,
dia sedikit freak. Tanpa diminta, dia
mulai lanjutin ceritanya, “Saya ke Jakarta tuh dari Jogja ya naik sepeda mbak,
sendirian, 2 hari 2 malem, lewatin gunung, hutan, semua sendirian. Saya cuma
bawa uang 20 ribu, saya tidur di kolong jembatan, nah saya pertama dikasih
makan di Jakarta itu sama hantu mbak, sepiring nasi sama lauk-lauknya. Terus hantu
cewe ini bilang, dibawah tumpukan kardus situ ada sesuatu buat saya, pas saya
liat, eh ada uang sekitar 700 ribu gitu mbak”
Duh mas.. Saya ga penakut-penakut banget sih, yah masih
sanggup lah kalo jam 3 subuh keluar kamar buat pipis ke toilet. Cuma kalo
diceritain begini sepanjang jalan apalagi lewatin daerah yang lumayan sepi kan
serem juga yah, walaupun antara percaya dan nggak sih denger ceritanya. Gue diem
aja deh, berharap masnya berhenti cerita. Ternyata harapan gue gak terkabul, si
mas ini makin menjadi-jadi.
“Nah mbak, persis di daerah sini nih, deket sini, saya
pernah udah malem tuh liat tuyul. Saya tinggal motor saya, saya kejar tuh mau
tau dia kemana. Eh ilang tiba-tiba. Mbaknya penakut ga ya? Kalo ngga, kita
mampir bentar yuk, saya kasih tau dimana mereka muncul, mbak bisa liat juga
kalo sama saya mah”
Oh.. okay.. Gue diajakin si abang buat liat setan. Dari yang
tadinya diem aja, kali gue nyaut deh. “Duh gak usah deh mas, saya ga demen
hal-hal gituan, mau cepet-cepet pulang nih”
Singkat cerita, gue pun sampe dirumah. Gue cerita ke temen
yang orderin gue ojek itu tentang ke-creepy-an
si driver ini. Tapi berhubung gue udah sampe dirumah dengan selamat, ya biarin
aja.
Gue kira cerita tentang si abang akan berhenti sampe sini. Ternyata
nggak, malemnya dia kirim chat di whatsapp, berisikan gini.
Inti dari cerita ini adalah... Gue gak tau si driver beneran punya indra ke 6,
atau mesum. Any idea, guys?
Kamis, 22 Juni 2017
Siapa yang lebih menakutkan?
20…
Sebentar
lagi 20 tahun sudah aku hidup di dunia ini..
‘kepala dua’
kata mereka
20 tahun
bisa menjadi waktu yang singkat, bisa juga menjadi waktu yang terbilang cukup
panjang
Sudah terlalu
banyak kisah, cerita, drama, kenangan yang sudah aku lewati
Begitu juga
pelajaran
Bukan,
maksud ku bukan matematika, ilmu alam dan ilmu sosial atau yang lainnya
Pelajaran
hidup maksud ku
Pelajaran
yang sangat unik menurut ku
Tidak bisa
seorangpun di dunia ini yang bisa mengajari kamu tentang pelajaran hidup, kamu
harus belajar sendiri!
Ya, kamu bisa
mendengar cerita pengalaman hidup orang lain
Entah orang
tua, guru, sahabat, atau bahkan orang yang tidak terlalu dekat dengan mu
Tetapi belum
tentu kamu bisa belajar dari pengalaman orang lain
Bahkan
sampai kamu sudah merasakan apa yang mereka namakan ‘ujian’ hidup, bahkan
berkali-kali, belum tentu kamu mampu belajar sesuatu dari sana
Entah
bagaimana cara belajar dari jenis ujian ini
Ujian yang
kamu hadapi bukan SETELAH kamu belajar
Melainkan
kamu baru akan belajar, setelah mendapat ujian.
Berbagai ‘ujian’
hidup telah aku lewati
Di tulisan
ku kali ini, biarkan aku berbagi mengenai pelajaran yang masih terus ku
pelajari sampai detik ini
Tidak, aku
tidak akan menggurui kalian
Aku mau
berbagi dengan kalian, dan mengajak kalian berpikir bersama
Syukur-syukur
kalau pertanyaan ku ini bisa terjawab
Ya,
pertanyaan ujian, dari diri ku, untuk aku sendiri
Aku kecewa ketika sudah merias diri,
namun orang di sebrang sana semudah itu membatalkan janji untuk bertemu
Aku kecewa ketika mengeluarkan uang
untuk makan di suatu restoran, namun rasanya seperti tidak layak masuk perut
Aku kecewa ketika memesan ojek online
dan berharap akan sampai tujuan lebih cepat, namun ternyata driver malah
membawa ku keliling Jakarta
Aku kecewa ketika sudah belajar sampai
larut malam, namun hasilnya tidak memuaskan
Aku kecewa ketika berlatih setengah
mati untuk suatu lomba, namun aku gagal
Aku kecewa ketika menganggap
seseorang adalah sahabat, ternyata sering kali diam-diam pergi dengan orang
lain tanpa mengajak diriku, atau bahkan membicarakan diri ku ketika aku tidak
ada
Aku kecewa ketika saat sekolah, aku
mengajari temanku mengenai ilmu yang orang-orang sebut sebagai fisika, namun
ketika ujian, dia mendapat nilai yang jauh lebih bagus daripada aku
Aku kecewa ketika aku seseorang
melakukan hal yang dia tau sebenarnya aku tidak suka, namun ia tetap melakukan
itu di depan ku (dan sialnya aku tidak bisa melarang)
Aku kecewa ketika sahabat ku
mempunyai pacar baru. Apakah karena aku tidak turut senang ketika mereka
bahagia? Bukan. Karena aku (mungkin juga kalian) pernah merasakan, seseorang
cenderung ‘lupa kawan’ ketika mempunyai pacar
Aku kecewa ketika berusaha selalu ada
untuk orang lain, namun ketika aku bosan, mereka sangat sibuk, bahkan tidak
punya waktu membalas pesan singkat ku
Aku kecewa ketika aku peduli kepada
seseorang, mereka melakukan salah, lalu aku menegurnya, respon mereka adalah
marah dan mengira bahwa aku ingin menjatuhkan mereka, menghina, ribet, rese,
kepo, dan lainnya
Aku kecewa ketika berusaha tepat waktu
untuk bertemu seseorang, namun dengan mudahnya orang itu membiarkan diriku
menunggu beribu-ribu detik tanpa berpikir betapa kesepian dan bosannya aku saat
itu
Aku kecewa ketika aku selalu berusaha
jujur di depan orang tua ku, berusaha agar mereka tidak akan pernah malu
setitikpun karena aku, namun mereka tetap mengira aku mengelabui mereka
Aku kecewa melihat bagaimana janji
yang dulunya pernah aku dan pihak lain buat bersama, sekarang tidak ada artinya
Dan masih banyak lagi kecewa lainnya
yang jika aku paparkan, aku khawatir kalian akan muak membacanya
Namun menurut ku, jenis kecewa yang
paling membuatku sakit adalah ketika orang lain tidak dapat mengerti mengapa
aku kecewa. Sering kali jika aku bercerita bahwa aku kecewa, yang aku dapat
hanyalah cemoohan dari mereka yang tidak mampu mengerti bagaimana perasaan ku. Atau
bahkan mereka akan memilih untuk menjauhi ku. Hmm, ku rasa mereka bukan tidak mampu
mengerti, namun tidak mau mengerti. Jelas perbedaannya.
Tidak, aku
tidak meminta belas kasihan kalian, aku bukan sedang menceritakan bagaimana
menyedihkan hidupku yang dipenuhi kekecewaan karena aku sangat yakin, kalianpun
mengalami kecewa yang sama sepertiku, bahkan lebih hebat. Dan aku pun yakin,
sudah banyak orang yang mengalami kecewa karena ku.
Beribu pertanyaan
seringkali melintas bolak-balik di dalam kepala ku
Mengapa orang
lain mudah sekali membatalkan janji untuk bertemu tanpa memikirkan bagaimana
perasaan ku? Mengapa restoran ini memilih koki yang payah? Mengapa driver ojek
online ini tidak tau jalan? Mengapa hasil yang aku dapatkan tidak sesuai
harapan walaupun aku berusaha, padahal kata orang-orang, usaha tidak akan
mengkhianati hasil? Mengapa seorang sahabat tidak memikirkan perasaan ku ketika
mereka hendak melakukan sesuatu padahal aku selalu menjaga perasaan mereka bak
seorang ibu menjaga bayinya yang baru lahir? Mengapa orang lain tidak dapat
membalas pesanku ketika aku butuh mereka? Mengapa orang tua ku tidak percaya
kepadaku? Mengapa mereka berkata jahat kepadaku padahal yang aku lakukan adalah
ingin menunjukan rasa peduli ku pada mereka? Mengapa bisa orang lain membiarkan
ku menunggu begitu lama? Mengapa begitu mudahnya orang lain melupakan janji
yang pernah ia buat?
Bukan, yang
barusan kalian baca bukan pertanyaan ujian itu
Setelah
melewati itu semua, aku mempunyai suatu stigma tersendiri begitu menakutkan
jika berhubungan dengan orang lain. Sering kali aku berpikir, aku akan berusaha
menjadi se-independen mungkin, agar tidak banyak berhubungan orang lain dan
meminimalisir kecewa yang dapat terjadi padaku
Namun… Akhir-akhir
ini, suatu pertanyaan yang tidak pernah terlintas sebelumnya, mulai mengganggu
pikiranku.
Ketika aku
kecewa, siapa yang salah? Mereka? Atau aku?
Aku yang
percaya kepada orang lain
Aku yang
menaruh harapan pada orang lain dan hal lainnya
Aku yang
berusaha menjaga perasaan orang lain
Aku yang
tetap menunggu
Aku yang ingin
orang lain agar percaya padaku
Aku yang
memberi orang lain ‘pisau’ untuk menusuk dada ku berkali-kali, dan aku tidak
menjauh.
Setelah
bertubi-tubi ujian yang aku hadapi, namun aku belum mendapat jawaban yang tepat
untuk pertanyaan ujian ini
Jadi, siapa
yang harus lebih aku takuti?
Mereka?
Selasa, 11 April 2017
Kecil, telanjang dan berlumuran darah (Part 2)
Masa awal SD adalah dimana saat anak bocah lagi
jelek-jeleknya karena ompong, pergantian gigi susu menjadi gigi permanen.
Cerita part 2 ini akan gue awali dengan kisah “gigi” si bocah iseng ini.
Mungkin beberapa dari kalian pernah tau cerita tentang peri
gigi. Buat kalian yang gak tau, peri gigi bukan seperti mimi peri, peri dari
kayangan dengan kecantikan 17x yang lagi hits di Instagram, tetapi seperti
cerita santa claus, beberapa anak kecil percaya bahwa peri gigi itu ada, jika
mereka meletakkan giginya yang baru saja lepas dibawah bantal, peri gigi akan
mengambil gigi itu dan mengganti dengan hadiah. Biasa berupa uang.
Adek gue salah satu bocah lugu yang percaya dengan hal ini.
Di suatu siang yang cerah, sepulang sekolah gue melihat wajah girang dari adek
gue. Ternyata dia dapet 5.000 rupiah dibawah bantal tempat dia tidur semalem,
katanya dari peri gigi. Gue iyain aja. Kejadian ini gak cuma sekali, tapi di
kejadian kedua, dia cuma dapet 2.000, langsung deh dia protes ke mami, “mi kok
kali ini aku cuma dapet dua ribu dari peri gigi?”, dengan entengnya mami jawab
“iya gigi kamu yang itu udah busuk, jarang sikat gigi sih, jadi harganya cuma
2.000”. Sepertinya tanpa gue kasih tau, kalian juga udah tau kan siapa yang
ambil giginya dan diganti sama duit? Entah itu tindakan yang benar atau tidak
untuk seorang ibu lakukan, saat itu adek gue jadi semakin percaya dengan keberadaan
peri gigi, entah apakah kepercayaan itu berlanjut sampai detik ini apa ngga..
Bagi orang tua, pasti suatu kebanggaan tersendiri kalau gigi
susu anaknya tiba-tiba copot sendiri. Kenapa? Karena gak perlu keluarin duit untuk
cabut ke dokter gigi lagi (diluar resiko akar ga kecabut dan lainnya ya).
Kebetulan gue dan adek gue jarang banget ke dokter untuk cabut gigi susu.
Pernah suatu kali gue dibawa ke dokter gigi, baru duduk di bangku yang bikin
degdegan itu, dokternya lagi siapin gel, tiba-tiba gigi gue copot, akhirnya
ortu gue gak perlu bayar biaya cabutnya. Mungkin dokternya saat itu eneg juga
kali ya, gue dateng cuma buat ngerjain aja.
Nah adek gue juga pernah dibawa ke dokter gigi karena gigi
permanennya udah tumbuh, tapi gigi susu belum copot, jadi mau gak mau harus
dicabut sama dokter. Dia ditemenin sama mami dan satu orang temen mami. Tanpa
perasaan takut, diapun pergi. Hebat juga anak ini, jarang-jarang ada anak kecil
yang gak takut ke dokter gigi. Setelah sekitar 1 atau 2 jam pergi, mereka
pulang dan mami ngoceh. Gue udah tau, pasti ada sesuatu yang terjadi tadi.
Tanpa disuruh, mami pun cerita. Jadi ketika giliran dede, dia disuruh duduk dan
kumur-kumur, lalu dia diminta untuk buang air kumurannya itu, dia malah bangun
dari kursi dokter gigi. Oh.. Ternyata dia mau beranjak ke wastafel. Yaudahlah
gapapa. Tapi sepertinya sambil buang air yang ada di mulut, dia ngelirik ke
dokter yang lagi siapin suntikan. Seketika ide kreatif anak ini muncul,
bukannya balik ke kursi, dia malah lari sekenceng mungkin keluar ruangan dokter
gigi, lalu keluar dari gerbang tempat dokter gigi ini. Kenapa mami ngoceh?
Karena dia harus ngejar anaknya yang kabur dari dokter gigi itu. Entah apa yang
dirasa mami saat itu. Tapi kalo gue jadi mami, yang jelas gue akan malu…..
Walaupun udah bisa mandi sendiri, terkadang adek gue memilih
untuk dimandiin dan kebetulan waktu itu dirumah masih ada penolong rumah
tangga. Tapi kayanya mbak yang itu error deh, (tentang ke-erroran mbak-mbak
dirumah gue, akan gue cerita di postingan khusus) intinya mbak ini suka cerita
horror dan dia bilang itu kejadian dia beneran. Adek gue yang waktu kecil gak
penakut, jadi penakut saat SD karena sering denger cerita dan nonton yang
serem-serem. Suatu hari adek gue dimandiin sama mbak, gue lagi santai-santai baca
majalah bobo (yang kelincii itu) di ruang tamu, tiba-tiba denger suara super
berisik dari kamar mandi. Gue kira adek gue jatoh apa gimana, ternyata dia abis
sirem mbak gue. Ditanya alasan kenapa dia sirem mbak, ternyata alasannya karena
mbak ini cerita horror saat lagi mandiin adek gue, adek gue kesel, dia takut,
jadi tindakan yang dia ambil adalah sirem mbak gue sampe basah kuyup. Kasian
sih mbaknya, cuma gimana…. Lumayan lucu juga liat pemandangan itu.
Suatu hari, adek gue ikut main drama musikal gitu, dia jadi
kodok. Gue dan mami nonton. Pas dia muncul, awalnya dia nari-nari aja dengan
girangnya. Eh kok ditengah-tengah dia berhenti dan meletakkan kedua tangannya
dibawah perut. Saat itu juga mami langsung lari ke backstage sambil bilang “duh
udah tau deh penyakit adek kamu, pasti dia mau pipis tuh kalo udah begitu”..
Ternyata sang kodok berhenti nari karena kebelet pipis guys…
Kalau kalian baca tentang adik gue, pasti kalian udah
kegambar kira-kira anaknya gimana sih. Tapi gue belum cerita mengenai hubungan
gue dan dia..
Iya gue bukan kakak yang sebaik itu juga. Gue seneng isengin
dia. Pernah suatu hari dia lagi tidur siang dan belum bangun sampai jam 6 sore.
Gue hanya lakuin prank biasa sih. Gue
bangunin terus gue bilang, “cepetan bangun! Udah telat ini! Emang gak mau
sekolah??”. Dan dia langsung lari ke kamar mandi, dia percaya bahwa itu udah
jam 6 pagi :)
Guepun tau, terkadang dia gak suka sama gue. Dia pernah main
drama di gereja, kayanya waktu itu dia masih SD. Dia ajak temannya main ke
rumah, saat temennya tanya ada siapa dirumah, dia bilang “ada cece aku yang
galak”.. ouch!
Jaman blackberry masih hits, adek gue adalah anak yang cukup
beruntung karena waktu SD dia udah megang hp kece itu. Suatu malam yang tenang
pun pecah. Awalnya dia pasang password pertama untuk blackberrynya karena
sering gue bajak. Cuma dia sama mami yang tau apa passwordnya. Terus gue iseng
aja nebak, “passwordnya ‘cece nyebelin’ ya? Pake spasi gak? Atau disambung aja?”.
Dalam beberapa detik kemudian, dia nangis kejer, ternyata password yang gue
tebak itu bener. Dia marahin mami, dia pikir mami yang kasih tau gue. Gue juga
ga nyangka kemampuan menebak gue sehebat itu!
Gue tidur sekamar sama dia. Malam itu dia tidur duluan dan
tiba-tiba lapar menyerang. Untung masih ada roti! Gue makan lah itu roti di
deket dia yang udah tidur. Baru sekitar 2-3 gigitan, tiba-tiba dia tendang roti
itu dan akhirnya hidup sang roti pun berakhir di lantai, bukan di perut gue. Entah
siapa yang harus jadi kambing hitam saat itu. Dia yang lagi mimpi jadi aktris
dalam film action sehingga nendang roti gue? Diri gue sendiri karena makan
deket orang yang lagi tidur? Atau Tuhan yang kasih dia mimpi? Ah sudahlah~
Iya memang sampai gue SMA, hubungan gue dan dia tidak sebaik
itu. But thanks God, semakin kesini, semakin baik..
Pernah suatu saat dia balik dari gereja terus dia bilang “tuh
aku beliin cece nasi goreng”, dan gue jawab “oh? Nasi goreng apa?”. Kemudian dia
nunjukin sebungkus chiki, ternyata nasi goreng itu nama merk chiki gitu. Chiki merk
nasi goreng rasa rumput laut. Ehe……
Terlalu banyak kejadian yang membuat gue terjebak dalam love and hate relationship dengan adek
gue. Flashback ketika dia sekitar kelas 1 SD, gue lupa apa yang
membuat gue kesel sama dia, antara sengaja dan ngga, gue tendang dia, gak
bermaksud nendang muka, tapi apa boleh buat, yang ketendang saat itu adalah
muka. Umur 6 tahun adalah saat dimana seorang anak bocah lagi jelek-jeleknya,
banyak gigi ompong karena pergantian gigi susu ke gigi dewasa yang permanen.
Waktu gue tendang, ternyata gigi adek gue yang lagi goyang langsung lepas sampe
darah dimana-mana, posisinya waktu itu kita lagi di kamar ortu, tapi
siang-siang, jadi mereka gak ada.
Gue panik ngeliat darah begitu, tapi adek gue ga nangis.
Tindakan yang dia ambil adalah bersihin darahnya sendiri dan nenangin gue
dengan ngomong, “cece jangan takut, aku ga akan ngadu ke mami biar cece ga
dimarahin”
Ternyata anak kecil rese itu sayang sama gue, walaupun gue
buat dia berdarah sampe segitunya, dia masih berpikir untuk melindungi gue dari
mami yang pada saat itu super galak.. (I’m crying as I write this)
Semester 4 ini semester yang cukup berat buat gue, apalagi
tiap senin, dimana gue harus ngajar dulu, langsung ngibrit ke kampus buat 2
kelas, dimana salah satunya dalah statistik. Lelah….
Pagi itu rasanya males banget bener-bener pengen istirahat
aja seharian. Tapi dikarenakan itu udah jadi tanggung jawab gue, mau gak mau gue
memaksakan kelopak mata ini untuk membuka. Baru aja duduk, terus liat ada
sekotak tempat makan warna ungu diatas buku statistik gue yang super tebel, dia
masak buat gue guys. Langsung liat aja gambar dibawah ini..
Terharu banget gue. Rasanya semangat buat jalanin hari itu
hahaha
Tadinya gue mau post ini disaat ulang tahun dia yang ke-15,
tapi karena keadaan tidak memungkinkan, Happy National Sibling day ya, my one
and only sister. I love you so much. Tulisan ini aku buat bukan untuk mempermalukan kamu atau apapun juga, tapi semoga dari tulisan ini, kamu inget dan tau betapa hidup aku jadi jauh lebih berwarna semenjak ada kamu, walaupun aku jarang mengekspresikan itu !
Langganan:
Postingan (Atom)